Sultan Pakai Luka Lesu, Ratu Lawo Lambu

ENDE, 25 November 2008. Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Permaisuri Ratu Hemas menebarkan histeria. Ribuan orang menyambutnya hangat. Mereka menyapa, memanggil, menyebut-nyebut namanya. Sultan...Sultan...Ratu...

Sang Raja kemudian memakai Luka Lesu. Ratu mengenakan Lawo Lambu. Jadilah mosalaki Ende-Lio.

Kehangatan itu... Bukan karena pertama kali seorang Raja Jawa menginjakkan kaki di kota kelahiran Pancasila, di Pulau Flores, di bumi Flobamora. Sultan membawa pesan damai, pesan bahwa kebhinekaan itu harus tetap dijaga dan dihormati. 

Berikut sekilas warta kehadiran Sultan di Ende.

Sultan Disambut Meriah di Ende

ENDE, PK -- Sri Sultan Hamengku Buwono X beserta istrinya Kanjeng Ratu Hemas disambut meriah saat keduanya tiba di Kota Ende, Kabupaten Ende, Selasa (25/11/2008). Kemeriahan penyambutan mulai terlihat dari Bandara H. Hasan Aroeboesman Ende.

Saat menginjakkan kaki di bandara, Sultan dan Ratu dikalungi bunga dan disapa secara adat. Keluar dari bandara, Sultan disambut drum band MAN Ende.

Sultan menumpang mobil pick up diarak keliling Kota Ende. Konvoi ratusan sepeda motor mobil mengiringi perjalanan Sultan menuju Lapangan Pancasila. Warga Kota Ende terlihat berdiri di tepi jalan sambil melambaikan tangan kepada Sultan dan istrinya. Sultan juga membalas lambaian tangan warga. 

Berjubelnya warga sepanjang jalan membuat perjalanan dari Bandara H Hasan Aroeboesman menuju Lapangan Pancasila lamban.

Sebelum tiba di Lapangan Pancasila, Sultan berkesempatan mengunjungi Situs Bung Karno dan rumah adat Ende. Di rumah adat, Sultan dan Ratu dikenakan pakaian adat khas Ende. Sultan mengenakan ragi luka serta lesu, sedangkan Ratu mengenakan lawu lambu. Pemakaian pakaian adat Ende-Lio tersebut sebagai tanda bahwa Sultan dan Ratu telah menjadi bagian dari masyarakat Kabupaten Ende.

Setelah mengunjungi rumah adat Ende, Sultan dan Ratu langsung menuju ke Lapangan Pancasila. Di tempat tersebut Sultan langsung disambut oleh ribuan warga Kota Ende yang telah memadati Lapangan Pancasila. Diiringi drum band dari SMAK Syuradikara Sultan dan Ratu memasuki Lapangan Pancasila. 

Di pinggir lapangan itu tumbuh pohon sukun, tempat favorit Bung Karno mengisi hari-harinya selama masa pembuangan ke Ende tahun 1934-1938. Di tempat ini pula Bung Karno merenung, introspeksi. Tempat yang memberi inspirasi tentang Pancasila. Lima dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketika membawakan orasi, Sultan HB X mengatakan, kehadirannya di Ende bukan untuk berkampanye karena dengan mengenakan pakaian adat Ende rasanya kurang pas kalau berkampanye. Kedatangannya untuk membuka Festival Budaya Flores.

Sultan mengajak kepada generasi muda agar senantiasa bangga dengan budaya dan kearifan lokal karena budaya dan kearifan lokal adalah jati diri sebuah bangsa dan daerah. "Kita wajib dan senantiasa melestarikan budaya," ujarnya.

Dikatakannya, sebagai bangsa Indonesia yang memiliki 
keanekaragaman suku dan bahasa merupakan ciri khas dari Bangsa Indonesia, namun perbedaan itu bukan berarti membuat bangsa Indonesia terpecah-pecah, melainkan justru menjadi perekat bangsa.

Sultan mengatakan bahwa sebagai bangsa yang plural baik dari segi etnik dan budaya tidak bisa dibicarakan mayoritas dan minoritas karena kalau pendekatan itu yang dipakai, maka akan terjadi konflik. 

Sultan juga mengatakan bahwa keberadaan Pancasila merupakan satu harga mati bagi Bangsa Indonesia karena Pancasila bukan sekadar simbol, namun dia menjadi jaminan kerukunan hidup berbangsa dan bernegara.

Tentang keberadaan Kabupaten Ende secara khusus dan Flores, Sultan mengatakan bahwa daerah tersebut kaya akan berbagai potensi alam, namun potensi tersebut belum bisa banyak memberikan manfaat karena belum dikelola secara maksimal. 

Sultan mengajak Bupati Ende agar mau bekerjasama dengan Pemerintah Jogyakarta dalam berbagai bidang terutama bidang pertanian ataupun kerajinan.
Sultan mengajak agar kebersamaan antara dirinya dengan masyarakat Kabupaten Ende tidak hanya sesaat, tetapi harus berlanjut di masa-masa yang akan datang.


Pada kesempatan itu, Sultan yang didampingi Ratu memberikan secara simbolis benih padi kepada Bupati Ende, Drs. Paulinus Domi. Sultan juga secara resmi membuka festival budaya Flores dan sempat menyaksikan pentas seni yang dibawakan duta seni dari Ngada, Ende dan Sikka.

Acara kunjungan Sultan dimeriahkan dengan penampilan penyanyi balada, Frangky Sahilatua dan sutradara Garin Nugroho.

Rencananya, sebelum bertolak ke Kupang, hari ini Sultan dan Ratu akan makan pagi bersama masyarakat Ende di halaman SMA Syuradikara. Acara ini akan dihadiri oleh wakil guru, orangtua siswa, para tenaga medis, pastor, suster, petani dan juga nelayan dengan menu makanan khas NTT. (rom) 

Pos Kupang edisi Rabu, 26 November 2008 halaman 7

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes