BA'A,PK--Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Drs. Frans Lebu Raya, meminta kepada Bupati dan Wakil Bupati Rote Ndao, Drs. Leonard Haning, MM dan Drs. Marthen Luther Saek, harus merajut kebersamaan dengan semua elemen masyarakat di Kabupaten Rote Ndao untuk kesejahteraan rakyat di daerah ini.
"Perbedaan politik yang telah kita lewati harus ditinggalkan. Saatnya kita rajut kembali kebersamaan. Tinggalkan semua perbedaan. Dan, satukan kembali semua potensi yang ada di daerah ini demi bumi Ita Esa (kita satu) yang lebih sejahtera," tegas Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, saat memberikan sambutan pada Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten Rote Ndao dalam pengambilan sumpah jabatan dan pelantikan Drs. Leonard Haning, MM dan Drs. Marthen Luther Saek, sebagai Bupati-Wakil Bupati Rote Ndao periode 2009-2014, di Gedung DPRD Rote Ndao, Senin (9/2/2009).
Sidang paripurna dipimpin oleh Wakil Ketua DPRD Rote Ndao, Chornelis Feoh, S.H, didampingi Wakil Ketua DPRD, Junus Fanggidae, S.E. Ketua DPRD Rote Ndao, Zakarias P Manafe, S.H, berhalangan hadir karena berada di Kupang.
Acara pelantikan yang dikawal anggota Polres Rote Ndao dihadiri istri Gubernur NTT, Ny. Lusia Adinda Lebu Raya, sekaligus melantik Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Rote Ndao, Ny. Paulina Haning-Bulu. Hadir juga Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon L Feonay, M.Si bersama istri, Ketua DPRD NTT, Drs. Melkianus Adoe, Kapolda NTT, Brigjen (Pol) Antonius Bambang Suedi, anggota DPR RI, Setyo Novanto, Hengki Mesang, Walikota Kupang, Daniel Adoe bersama istri, Bupati Kupang, Ibrahim Agustinus Medah bersama istri, Dirut Bank NTT, Amos Corputy, Ketua DPRD Kota Kupang, Dominggu Bolla, Konjen Australia, Kadis Kimpraswil NTT, Ir. Andre Kore, Kadis Kesehatan NTT, dr. Stef Bria Seran, Muspida Rote Ndao, pimpinan dan anggota DPRD Rote Ndao, mantan Wakil Bupati Rote Ndao, Bernad E Pelle, empat raja di Rote, yakni Raja Lole, Raja Tii, Raja Ba'a dan Raja Lobalain serta para manuleo dan undangan. Tidak hadir mantan Bupati Rote Ndao, Christian Nehemia Dillak, S.H, dan Ketua DPRD Rote Ndao, Zakarias P Manafe, S.H.
Walau suasana pelantikan bupati-wakil bupati yang maju dari paket independen dan menang pada putaran kedua Pilkada Rote Ndao, diliputi hujan sepanjang hari namun prosesi pelantikan cukup meriah. Gubernur NTT dijemput oleh pasukan berkuda saat turun dari pesawat dan diterima secara adat oleh empat raja di pintu masuk gedung dewan diiringi lagu Bolele Bo dari Gereja Kristoforus Ba'a.
Penerimaan itu dilanjutkan dengan pengenaan ti'ilangga dan pengalungan selendang sebagai tanda kesahajaan gubernur dan rombongan saat memasuki gedung DPRD Rote Ndao. Sementara Bupati-Wakil Bupati Rote Ndao dijemput di Jalan Utomo oleh pasukan berkuda, dilanjutkan dengan pengenaan ti'ilangga dan selendang.
Gubernur NTT, Frans Lebu Raya mengingatkan kepada bupati-wakil bupati terpilih agar menjadi abdi, pengayom dan pelayan bagi masyarakat. "Bupati-wakil bupati harus responsif terhadap tuntutan rakyat sebelum rakyat meminta. Dan, harus menjadi abdi, pengayom dan pelayan masyarakat," tandasnya.
Lebu Raya mengatakan, selama lima tahun berjalan masa kepemimpinan Bupati-Wakil Bupati, Christian Nehemia Dillak, S.H dan Bernad E Pelle, S.Ip, sudah ada perubahan dalam pembangunan di Rote Ndao. Namun, lanjut Lebu Raya, perlu perbaikan kualitas untuk kepentingan masyarakat seperti menekan angka kemiskinan, meningkatkan mutu pendidikan, membuka lapangan kerja dan kesempatan kerja, lingkungan hidup, kesehatan dan menegakan hukum yang saat ini belum jelas arahnya.
"Rote Ndao memiliki sumber daya yang melimpah. Apalagi biji kusambi, biji jarak sudah bisa diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM) di daerah ini. Belum lagi sumber daya di laut dan di darat lainnya. Jika dikelola secara professional akan memberikan nilai lebih bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah ini demi terwujudnya masyarakat Rote Ndao yang bermartabat, bertumbuh, makmur, taat dan bersahabat yang dilandasi dengan moto Ita Esa,"tegas Lebu Raya.
Ia mengatakan, keberhasilan daerah otonom kembali pada kreativitas daerah untuk membangun kerja sama dengan daerah lain. "Saat ini kita masih sulit membangun kerja sama antar kabupaten. Sementara untuk tingkat propinsi, kita sudah membangun kerja sama dengan Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang memiliki kesamaan budaya," ujarnya.
Lebu Raya mengingatkan, jangan mempersulit pemberian izin kepada investor yang datang ke daerah ini. "Dulu selalu disemboya nkan, kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah. Kata itu jangan ada lagi, dan saya tidak mau dengan lagi. Balik kata itu, bisa dipermudah kenapa dipersulit. Mudahkan izin agar orang di luar datang membangun daerah ini," tegas Lebu Raya.
Lebu Raya juga mengingatkan para pegawai negeri sipil (PNS) di Rote Ndao, agar kerja keras dan penuh tanggung jawab untuk membawa rakyat menjadi lebih sejahtera. "Aparatur harus kerja keras dan penuh tanggung jawab. Dulu kalau ada perbedaan, sekarang tinggalkan. Inilah proses demokrasi yang harus kita lewati. Ini saya serius ingatkan. Karena dulu ada suara-suara sumbang tentang evaluasi Rote Ndao, walau itu bukan evaluasi resmi, tapi lembaga lain yang melakukan itu. Dan, mestinya itu ditangkap menjadi motivasi bagi pemerintah dan masyarakat untuk bekerja keras, karena dimungkinkan dalam undang-undang bahwa ada pemekaran juga ada penggabungan. Evaluasi itu pasti ada. Kita semua yang ada di sini tentu tidak mau Rote Ndao digabung ke kabupaten induk, tapi tetap berjuang menjadi daerah otonom," kata Lebu Raya.
Harus Terbuka
Tokoh masyarakat, Pdt. Suleman Zakarias, mengharapkan agar Bupati-Wakil Bupati Rote Ndao harus terbuka dengan siapa saja tanpa melihat suku, agama dan golongan. Rajut kembali kebersamaan dengan tokoh masyarakat, birokrasi dan lembaga DPRD.
Menurut dia, hanya dengan kebersamaan, Rote Ndao bisa dibangun. "Saya juga minta bupati-wakil bupati dapat mendekatkan diri dengan masyarakat agar dapat merasakan denyut nadi penderitaan rakyat yang sebenarnya. Jika tidak, maka pemerintahan yang akan dibangun ke depan tidak akan lebih baik dari pemerintahan sebelumnya," kata Zakarias.
Sementara itu, tokoh masyarakat Rote lainnya, JN Manafe, mengatakan, "kalau keinginan kita membentuk daerah otonom untuk mensejahterakan rakyat, maka kita harus tahu apa yang harus kita buat. Saat ini yang paling dibutuhkan masyarakat Rote Ndao adalah makan dan minum. Dulu beras di Rote surplus dan dijual ke Kupang, tapi sekarang sampai ada busung lapar. Karena itu, kembalikan masyarakat kepada kesejahteraannya untuk mendapatkan kebutuhan hidup yang menjadi haknya seperti mudah mendapatkan beras dan air."
Menurut dia, saat ini di Rote masih susah air, karena itu bagaimana bupati-wakil bupati terpilih harus menyediakan air dan ini janji kampanye mereka. "Coba sekali-sekali bupati-wakil bupati turun ke rumah rakyat pada jam 12 siang. Minta makan kepada masyarakat sehingga kita bisa tahu masyarakat makan apa. Dan, jangan ke rumah masyarakat bawa rombongan, maka kita tidak bisa melihat penderitaan rakyat. Potensi sumber daya alam sudah ada, ruang yang dikelola sempit, karena itu yang dibutuhkan hanyalah karakter pemimpin. Kalau karakter pemimpinnya baik, maka masyarakat akan mendapatkan dampak kesejahteraannya," kata mantan Ketua DPRD NTT ini.
Mantan Wakil Bupati Rote Ndao, Bernard E Pelle, mengingatkan agar bupati dan wakil bupati perlu menata kembali birokrasi dengan menempatkan orang secara professional. Bupati-wakil bupati juga harus menghindari suka atau tidak suka terhadap orang, dan hindari politik balas jasa.
Jika ini bisa dilakukan, demikian Pelle, maka Rote Ndao lima tahun ke depan menjadi lebih baik. "Berikanlah hukuman jika ada pejabat yang melakukan pelanggaran, dan berikanlah pujian kepada pejabat yang berprestasi. Ini kunci sukses untuk membangun Rote Ndao. Hal lebih penting lagi adalah merangkul semua komponen yang ada di Rote Ndao. Jika semua komponen kita rangkul, maka ada dukungan membangun Rote Ndao untuk kemakmuran rakyat," ujarnya. (iva)