Meskipun usianya tidak lagi muda namun semangat melanjutkan perjuangan tetap membara. Begitulah yang tergambar dalam diri pensiunann prajurit TNI Angkatan Laut Letkol Laut Corneles Kowaas (81).
Mengawali karier di dunia militer tahun 1966 Kowaas kini tetap aktif mengisi hari-harinya dengan kegiatan positif, satu di antaranya lewat organisasi Legiun Veteran Republik Indonesia ( LVRI) Kabupaten Minahasa Selatan yang dipimpinnya.
"Saya sekarang selain memimpin LVRI juga melanjutkan kegiatan saya untuk menulis sebagai kegemaran saya. Baru-baru ini saya mengikuti APEC di Bali," katanya kepada Tribun Manado di Amurang, Senin (4/11/2013).
Menurut Kowaas, kondisi veteran umumnya memang tidak semangat lagi seperti dulu antara lain karena kurangnya perhatian dari negara. Namun, menurut dia, hal itu jangan menjadi kendala untuk terus beraktivitas. "Memang kita masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah, tapi kita jangan bergantung di situ. Kita harus lebih berusaha menjalani kehidupan ini dengan semangat," ujarnya.
"Seharusnya kita jangan mudah terpengaruh (dengan keadaan sekarang). Mari kita kembali ke semangat pahlawan, seperti yang dulu pernah lakukan," tambahnya. Secara pribadi Kowaas kini menikmati investasi yang dia tanamkan kepada anak-anaknya berupa pendidikan yang memadai. "Ada empat anak saya, dan saya bangga bisa menyekolahkan mereka sampai selesai perguruan tinggi. Sekolah merupakan investasi pendidikan," tandasnya.
Anaknya yang pertama, Anne Kowaas saat ini bekerja di Kedutaan Besar (Kedubes) Republik Indonesia di Amerika Serikat (AS). Anak kedua Jemmy Kowaas telah meninggal dunia, Selly Kowaas saat ini berada di Amurang, dan Samuel Kowaas yang saat bekerja di Kedubes RI di Beijing dan Mongolia.
Ia punya cerita mengenai perjuangan untuk menyekolahkan anaknya yang terakhir tersebut. "Saat mau masukkan dia ke AKABRI, modal hanya Rp 2.000 untuk foto kopi dan tes ternyata ia lolos masuk menjadi prajurit angkatan laut," jelasnya.
Saat lulos tes, ia berpesan kepada anaknya itu agar tidak membuat malu keluarga.
"Saya bilang, saat dia lolos, maju terus, jangan bikin malu keluarga," kenang suami Margaretha Pangkey ini. Ia berharap, pengalaman hidupnya untuk menyekolahkan anak, bisa menular ke veteran lain bahkan masyarakat Sulawesi Utara (Sulut).
"Kepada veteran saya harapkan agar semangat kita harus seperti saat kita masih bertugas. Untuk masyarakat, kami yang veteran bisa, mengapa Anda tidak bisa," ujarnya retoris. Satu lagi dititipkannya untuk veteran agar menjadi contoh. "Jangan banyak mengeluh karena kita bisa hancur," demikian Kowaas.
Dihubungi secara terpisah, Senin (4/11/2013), pengamat sosial Jefry Paat menilai perhatian pemerintah terhadap veteran memang kurang. Bahkan bisa dibilang sebagian besar veteran khususnya di Sulut kini hidup di bawah garis kemiskinan.
Menurut dosen Jurusan Sosiologi FISIP Unsrat Manado ini, satu hal yang patut menjadi perhatian adalah penyaluran dana kehormatan bagi veteran. Sudah bertahun-tahun hanya Rp 250 ribu per bulan dan tunjangan Rp 1.250.000 per bulan.
"Angka ini sungguh tidak manusiawi bagi veteran yang sudah usia lanjut. Nominal tersebut ada dalam UU nomor 7 tahun 1967 tentang legiun veteran RI dan perubahannya UU Nomor 15 tahun 2012 menyebutkan adanya kenaikan tunjangan bagi veteran menjadi Rp 1.500.000 per bulan. Apakah itu layak? Hanya pemerintah yang bisa mengkaji dan tentu terpenting segera merealisasikannya,"kata Paat.
Solusi lain, kata dia, merealisasikan janji untuk memberi perumahan yang layak bagi veteran. Kemudian pemberian beasiswa bagi keluarga veteran. "Terpenting untuk diperhatikan juga adalah tidak memberatkan veteran atau keluarga veteran dalam birokrasi ketika mengurusi semua bantuan dari pemerintah atau pihak manapun. Sebab veteran memiliki surat khusus," katanya..
Dikatakanya, bantuan langsung tentu bisa dilakukan pemerintah kota kabupaten atau provinsi. Seperti memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan gratis secara rutin bagi veteran dan pemerintah bisa mengarahkan pihak swasta untuk ikut memperhatikan veteran lewat event-event atau program CSR mereka.
"Bantuan atau penghargaan apapun bagi veteran tidaklah akan menjadi beban pemerintah. Bahkan akan menjadi positif bagi mentalitas masyarakat karena pemerintah mampu membuktikan kepedulian mereka terharap orang-orang yang berjuang bagi bangsa ini," demikian Paat. (amg/dit)
Sumber: Tribun Manado 5 November 2013 hal 1