Rumah Dr Sam Ratulangi di Tondano (2013) |
Sebagai penghargaan untuk jasanya, nama Sam Ratulangi banyak diabadikan sebagai nama jalan, lapangan, bandara dan universitas. Ia dikenal dengan filosofinya Sitou Timou Tumou Tou yang artinya manusia baru dapat disebut sebagai manusia jika sudah dapat memanusiakan manusia lainnya.
Di Kelurahan Tounkuramber Kecamatan Tondano Barat Kabupaten Minahasa, masih tegak berdiri sebuah rumah khas Minahasa. Posisinya di samping Kantor Bupati Minahasa dan lapangan yang dinamai Lapangan Sam Ratulangi.
Hari Senin (4/11/2013), Tribun Manado mengunjungi rumah bersejarah itu. Rumah yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup Sam Ratulangi sebelum ia pergi ke luar daerah. Rumah itu berdiri di halaman luas yang ditumbuhi rimbunnya pepohonan, bunga dan tumbuhan liar lainnya. Bahkan pandangan mata ke rumah terhalangi tumbuhan-tumbuhan tersebut. Seperti halnya rumah di tengah hutan, itulah anggapan yang tepat untuk rumah Sam Ratulangi. Cat rumah masih terlihat baru, belum lama dicat. Cat pada pagar yang mengelilingi rumah tampak pudar dan mengelupas, bahkan pintu depan rumah sudah berkarat.
Rumah itu khas Minahasa, yakni rumah panggung. Terlihat sangat klasik. Meski sudah ratusan tahun berdiri, rumah masih berdiri kokoh. Dari kejauhan, kaca tanpa gorden pada rumah itu tampak buram dan terlihat tak ada hiasan di dalam rumah. Rumah kosong tak ada penghuni. Hanya ada anjing penjaga yang menggonggong tiap kali melihat orang asing. Rumah itu dijaga Keluarga Sam Ratulangi. Mereka tinggal di belakang rumah tua tersebut.
Pemandangan yang sangat kontras di tengah kota. Sementara Kantor Bupati Minahasa dan berdiri megah, berbeda dengan rumah itu. Hampir semua warga Tondano tahu betul itu rumah siapa, saat bertanya di mana rumah Sam Ratulangi mereka langsung mengarahkan ke situ.
Banyak peninggalan Sam Ratulangi di rumah itu. Tempat tidur, lemari, kursi, meja yang terbuat dari kayu hitam masih terawat dengan baik. Barang-barang itu terletak di ruang tamu dan kamar tengah.
Norman Supit, cucu Sam Ratulangi mengatakan rumah itu sudah tak ditinggali lagi. "Itu dijadikan seperti tempat barang antik, tapi terus dilakukan perawatan. Paling-paling kalau ke situ hanya sesekali. Kami sekeluarga memang tinggal dan selalu berkumpul di rumah belakangnya yang memang dijadikan hunian. Sekarang di situ (rumah Sam Ratulangi) kami memelihara banyak anjing. Setahu saya rumah itu dibangun tahun tahun 1800-an dan direnovasi tahun 1930-an," ujarnya. Berbeda dengan rumah Sam Ratulangi, keluarganya tinggal di rumah bergaya modern.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Minahasa Debby Bukara SE M.Si mengatakan jika keluarga berkenan maka rumah Sam Ratulangi akan dikelola pemerintah sebagai tempat wisata. Keputusan itu bisa diambil bupati. "Karena itu merupakan rumah dan tanah keluarga. Dari pemerintah hanya sekadar memberi bantuan. Hal itu berbeda dengan Rumah Adat Loji Tondano misalnya yang memang milik pemerintah," ujarnya, Senin (4/11/2013).
Menurut Debby, rumah itu memang baik untuk dijadikan tempat wisata, apalagi merupakan peninggalan tokoh termasyur, pahlawan bangsa. Tapi kembali lagi ke pihak keluarga karena itu merupakan milik pribadi. "Kita semua pasti ingin rumah itu bagus dan memang aset berharga," ujarnya. (finneke wolajan)
Sumber: Tribun Manado 5 November 2013 hal 1