Hati Lothar yang Terkoyak

Lothar Matthaeus (afp)
NASIB, kalau ada, mungkin sangat kejam terhadap Lothar Matthaeus, terhadap nama besar bangsa Jerman di dunia persepakbolaan sejagat. Nasib, sungguh tega meluluhlantakan hati seorang Lothar Matthaeus, karena malam ini, dia harus menyaksikan pertarungan menentukan melawan Bulgaria di Sofia hanya dari bangku cadangan.

    Lothar Matthaeus, nama yang menyatu di hati bangsa Aria. Pemain perkasa di lapangan hijau yang membawa Jerman menjuarai Piala Dunia ketiga kalinya tahun 1990 di Italia, memang malang nasibnya. Hampir setahun terakhir, dia istirahat total dari aktivitas sepakbola karena cedera berkepanjangan yang menderanya.

    Padahal bila bicara tentang tim nasional Jerman, amat sulit dipisahkan dari peranan kapten yang selalu mengenakan kostum bernomor punggung 10 itu. Di bawah komandonya, Jerman selalu menakutkan semua lawan-lawannya. Di lapangan, Matthaeus adalah seorang jenderal bola.

    Kepiawaiannya, terutama sebagai inspirator tim hanya bisa disaingi Franco Baresi di tim nasional Italia dan George Hagi dalam tubuh kesebelasan Rumania. Pengabdiannya untuk Jerman tak terkira. Matthaeus sudah lebih dari 100 kali memperkuat tim nasional dan selama enam tahun terakhir memanggul ban kapten. Sayang sekali, pada detik-detik akhir pengabdiannya buat Jerman agar bisa tampil di Piala Eropa tahun 1996 mendatang, nasib buruk justru melindas.

    Cedera bagi setia pemain sepakbola memang sesuatu yang sulit terelakkan, sekalipun setiap pemain selalu berusaha sedapat mungkin menghindar. Benturan keras dengan lawan dalam pertandingan merupakan momok yang menakutkan. Pupusnya kebesarn si pirang asal Belanda, Marco van Basten karena cedera, menjadi salah satu bukti bahwa daging manusia memang lemah. Daging lemah itu pun dirasakan Mattaheus pada usia 34 tahun. Lebih-lebih lagi, pada saat Jerman harus bertarung hidup mati menuju stadion Wembley-Inggris.

***

NERAKA, kalau ada di bumi fana, maka malam ini mungkin akan terjadi di Sofia, ibu kota negara Bulgaria. Neraka itu bakal melanda Jerman usai pertandingan yang dimulai tepat pukul 17.30 waktu setempat atau pukul 02.00 Kamis dini hari (8/6/1995) Waktu Indonesia Bagian Tengah (Wita).
Bermain di kandang lawan dan tanpa kehadiran sang "jenderal' Lothar Mathaeus, Jerman tampak sulit menaklukkan Bulgaria yang sama-sama tergabung dalam grup VII. Anak asuh Berti Vogts terlampau berat membalas sakit hati kepada Hristo Stoichkov dkk yang mempermalukan tim Panser pada babak perempatfinal Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Kala itu, Jerman kalah 1-2 dan gagal ke semifinal. Tekad menjuarai Piala Dunia keempat kalinya harus ditangguhkan.

    Sungguhpun kekuatan tim Jerman tidak hanya bertumpu kepada Lothar Matthaeus, sehingga tanpa kehadiran Jerman tetap kompak-namun fakta telah membuktikan Juergen Klinsmann yang kini menjadi kapten, masih lebih sebagai tombak tajam dan cerdik di kotak penalti lawan daripada inspirator tim dan sutradara untuk mengatur irama permainan bagi 10 rekannya di lapangan.

Tim Vogts kali ini menampilkan beberapa muka baru. Pemain lama yang masih dipertahankan tinggal Klinsmann, Andreas Koepke, Andreas Moeller, Mario Basler, Stefan Reuter dan Thomas Helmer. Berti Vogts juga masih pusing lantaran dua pemain inti Juergen Kohler dan Matthias Sammer mungkin tidak dapat diturunkan karena cedera. Dengan kekuatan yang pas-pasan serta rata-rata pemain masih lelah karena ketatnya kompetisi Bundesliga, peluang Jerman untuk menang sangat tipis.

    Kondisi tersebut, berbeda dengan Bulgaria. Pelatih Dimitar Penev masih mempertahankan bintang-bintang lama yang sukses membawa Bulgaria ke semifinal Piala Dunia 1994. Di sana masih ada Hristo Stoichkov, Iordan Letckov, Emil Kostadinov, kiper tangguh Borislav Mikhailov dan lain-lain.

    Bermain di kandang sendiri, Bulgaria akan menjadi 'singa' lapar yang siap memangsa. Dengan tetap mengandalkan ciri khasnya dalam pertandingan dini hari nanti, Bulgaria akan menguasai semua lini terutama lapangan tengah. Tombak kembar, Hristo Stoichkov dan Kostadinov akan leluasa merusak pertahanan Jerman.

    Optimisme Bulgaria untuk lolos ke Inggris sangat besar. Itu sudah mereka buktikan sebagai tim tak terkalahkan serta memimpin grup VII dengan nilai 15. Kalau Jerman berhasil membalas kekalahannya di Piala Dunia, maka hal itu sangat membanggakan. Namun, jika sebaliknya Vogts bakal dicerca, Klinsmann akan diratapi bangsa Aria dan hati Lothar Matthaeus semakin terkoyak-koyak! *


Sumber:  Buku Bola Itu Telanjang karya Dion DB Putra.
Artikel ini dibuat setelah Jerman ditaklukkan Bulgaria 3-2 pada babak kualifikasi Piala Eropa 1996. Pertandingan berlangsung di Sofia.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes