LEWOLEBA, PK--Hasil penghitungan sementara Pemilu Legislatif di Kabupaten Lembata, Selasa (14/4/2009), partai baru dan calegnya tidak mendapat suara. Sementara pemain lama (partai lama) seperti Partai Demokrat meraih suara cukup signifikan, baik DPR, DPRD NTT maupun DPRD kabupaten, hampir di semua TPS.
Sementara delapan tempat pemungutan suara (TPS) di Flotim, Golkar unggul mengoleksi 234 suara, menyusul PPP meraih 179 suara, Demokrat 129 suara, PBB 98 suara, Gerindra 93 suara, PBR 60 suara, PMB 40 suara, RepublikaN 39 suara, PKD 26 suara. Partai lainnya seperti Hanura mendapat 8 suara, PDS 6 suara dan PKS 3 suara.
Pemilu Legislatif di Flores Timur (Flotim), Selasa (14/4/2009), berjalan aman dan lancar. Umumnya warga menggunakan hak pilihnya. Sementara di Lembata, banyak pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya.
Kendala yang dikhawatirkan sejumlah pihak seperti logistik yang tertukar antara satu daerah pemilihan (dapil) dengan dapil yang lain, tidak terjadi. Kendala lainnya kekurangan surat suara di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS), namun KPUD setempat sigap mengatasinya.
Dari Lewoleba dilaporkan, penundaan jadwal pemilu legislatif di Kabupaten Lembata dan Flores Timur dari hari Kamis, 9 April ke hari Selasa, 14 April, usai perayaan Paskah, kurang diikuti masyarakat menggunakan hak politiknya. Dari daftar pemilih tetap (DPT), hampir di semua TPS banyak pemilih tidak menggunakan haknya.
Pantauan Pos Kupang di sejumlah lokasi, suasana di jalan raya lengang. Para pedang yang biasanya memenuhi pasar Larantuka tidak ada aktivitas. Sementara kantor-kantor dan sekolah sejak Paskah hinga pileg masih libur. Karena itu, warga umumnya memanfaatkan hari libur untuk menuju ke TPS.
Di sejumlah titik di Kota Larantuka seperti TPS 01, TPS 02, TPS 03, Kelurahan Larantuka, TPS 01, TPS 2 Kelurahan Lokea, TPS 31, TPS 30 Kelurahan Puken Tobi Wangi (PTW) Bao, masyarakat sudah berbondong-bondong ke TPS sekitar pukul 07.00 Wita.
"Pemilihan agak terlambat karena harus menghitung dulu jumlah surat suara, apakah mencukupi atau tidak sesuai dengan jumlah pemilih yang ditetapkan di TPS kami," kata Ketua KPPS TPS 01, Kelurahan Larantuka, Non Tukan, Selasa (14/4/2009).
Di TPS 1, Kelurahan Larantuka, para saksi yang terlambat sekitar 30 menit dari waktu yang dietapkan untuk mengambil sumpah sekitar pukul 07.00 Wita, tidak diperkenankan masuk menjadi saksi.
Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr, yang mendapat giliran pertama mencontreng di TPS 01, Kelurahan Larantuka, tiba pukul 07.15 Wita, tapi harus menunggu hingga pukul 07.30 Wita.
Bupati Flotim, Drs. Simon Hayon bersama istri Dra. Yohana Hayon, baru mendatangi TPS sekitar pukul 09.00 Wita. Demikian juga Wabup, Yosni Herin bersama istri , Ny. Thresia Sabu Hajon dan keluarga datang ke TPS 31, Kelurahan PTWB sekitar pukul 10.00 Wita.
Uskup dan Bupati Flotim mengharapkan pemilu di Flotim dan Lembata tidak terjadi kecurangan sehingga tidak menimbulkan gejolak seperti di daerah-daerah lain yang malah merugikan banyak pihak. Karena itu, semua pihak harus bisa menerima hasil yang diperoleh sesuai pilihan rakyat tersebut.
Sementara di TPS 31, Kelurahan PTWB terjadi masalah. Menurut Ketua KPPS, Michael Mige Goran, ada satu surat suara dari seorang pemilih, Theresia Maran yang diganti baru, sebab yang bersangkutan keliru mencontreng.
Ketua KPU Kabupaten Flores Timur, Abdul Kadir Yahya mengatakan, di sejumlah TPS, baik di kawasan Pulau Adonara, Solor, maupun Flotim daratan memang terdapat kekurangan surat suara, tapi telah diatasi.
Partisipasi masyarakat mengikuti pemilihan di Flotim rata-rata berkisar 70-90 persen. Di TPS 05 Kelurahan PTW Bao dari jumlah pemilih berdasarkan daftar pemilih tetap (DPT) 101 orang, yang mengikuti pemilihan 96 orang.
Di TPS 12 Kelurahan Ekasapta, dari 131 pemilih di DPT, pemilih yang berpartisipasi sebanyak 103 orang, sedangkan pemilih yang mengikuti pencontrengan di TPS 15 Kelurahan Ekasapta sebanyak 62 orang dari 117 pemilih di DPT.
Sejumlah pemilih mengaku bingung melihat besarnya surat suara dan banyaknya nama yang tertera dalam surat suara. Akibatnya waktu yang digunakan dalam bilik suara cukup lama. Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr, Bupati Flotim, Drs. Simon Hayon, Wakil Bupati, Yosep Lagadoni Herin, S.Sos, warga Kota Larantuka, Lina Koten, Atamukin dan sejumlah warga lain yang ditemui secara terpisah di Kota Larantuka, Selasa (14/4/2009), mengakui hal itu.
Menurut Uskup, sistem pemilu saat ini rumit dan menyulitkan masyarakat mulai dari proses pendaftaran pemilih hingga pencontrengan. "Banyak pemilih yang tidak terdaftar dan sulitnya para pemilih yang mau mencontreng. Bayangkan kita saja masih bingung dan saat mencontreng memakan waktu hingga 10 menit, apalagi orangtua di kampung-kampung. Karena sistem pemilih ini mengandalkan orang agar bisa menghafal nomor urut partai atau lambang partai dan nama caleg. Belum lagi membuka lembaran yang besar dan ada kekhawatiran jangan sampai lembarannya sobek karena itu perlu hati-hati. Hal ini yang membuat orang bingung,"kata Kopong Kung.
Sementara sejumlah TPS di Kota Lewoleba, Kecamatan Nubatukan, sekitar 20-30 persen pemilih di setiap TPS memilih golput. Mereka tidak datang ke TPS mencontreng para calon waki rakyat di tingkat pusat sampai daerah kabupaten/kota dan anggota dewan perwakilan daerah (DPD).
Kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) telah berusaha mencari pemilih ke rumah-rumahnya supaya datang ke TPS, namun tak satupun ditemuinya. Kemungkinan pemilih ini masih berada di luar Lembata setelah liburan perayaan Paskah sejak Kamis pekan lalu.
Pada TPS enam di Kelurahan Lewoleba Selatan, dari 168 pemilih hanya 100 pemilih yang menggunakan haknya dan selebihnya tak datang ke TPS. Ketua dan anggota KPPS, Anton Koda dan Markus Kewihal, berupaya menunggu kedatangan para pemilih ke TPS, namun mereka tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya. Kejadian yang sama ditemui di TPS dua. Dari 246 pemilih, 25 orang tak memanfaatkan kesempatan memilih wakil rakyat.
Pada TPS delapan di Kelurahan Lewoleba, 28 pemilih dari 158 pemilih tak gunakan hak politiknya. Sementara pada TPS sembilan, 49 pemilih dari 157 pemilih yang tidak manfaatkan kesempatan pesta demokrasi ini. Namun yang paling dominan golput pada TPS dua, sebanyak 70 pemilih dari keseluruhan 190 pemilih tak datang mencontreng. Kejadian serupa di Kelurahan Lewoleba Utara. Pada TPS tujuh, 50 pemilih dari 247 pemilih tak datang ke TPS, sedangkan di TPS delapan yang terletak bersebelahan jalan sebanyak 58 pemilih dari keseluruhan 242 pemilih tak mencontreng.
Kejadian agak ganjil ditemui di TPS sepuluh dibangun di RS Lepra Beato Damian di Jalan Trans Nagawutun. Sebanyak 42 pemilih, lima diantaranya penderita lepra dari keseluruhan 165 pemilih tak datang ke TPS menempati salah satu ruang kosong di poliklinik RS tersebut. Yang mencenggangkan, ada pemilih yang telah menggunakan haknya memilih tak mencontreng, namun menulis kata 'malas' di dalam surat suara dinyatakan terbakar oleh KPPS.
Meski pemungutan suara dengan cara contreng tanda gambar partai atau nama caleg dan DPD baru pertama dilaksanakan pada pemilu legislatif 2009, pemilih cukup paham. Sangat sedikit suara yang salah contreng dan terbakar.
Ketua KPUD, Wilhelmus Panda, mengatakan pemungutan suara berlangsung lancar dan tertib. Semua perangkat penyelenggara di tingkat bawah bekerja sungguh menyelesaikan seluruh tugasnya.
Meskipun pada tujuh TPS di Kecamatan Omesuri dan Ile Ape terjadi kekurangan surat suara dan tertukarnya kotak suara antara TPS dalam desa, dapat teratasi dan pemungutan suara telah diselesaikan tepat waktu.(ius/iva)
Pos Kupang edisi Rabu, 15 April 2009 halaman 1