Pembunuh Nomor Tiga

DALAM dua hari terakhir, lima orang tewas akibat kecelakaan lalulintas di Nusa Tenggara Timur (NTT). Frengki Beama (19), warga RT 10/RW 02, Kelurahan Naikoten I Kupang yang sehari-hari bekerja sebagai kondektur angkutan kota Levaline, tewas akibat kepalanya terbentur bak truk di ruas Jalan Sudirman, Kuanino-Kupang, Rabu (2/4/2008) pukul 10.00 Wita.
Pada hari yang sama kecelakaan lalulintas terjadi di SoE, ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Korban tewas adalah Aruana Tahun (21) dan Eli Leo (21). Mereka tewas dalam kecelakaan sepeda motor di Jalan Basuki Rahmat, samping Kantor Bupati TTS di SoE, Rabu (2/4/2008) sekitar pukul 20.00 Wita.
Korban terakhir adalah dua warga Atambua, Kabupaten Belu ketika sepeda motor ojek bertabrakan dengan mobil angkutan kota di Atambua, Kamis (3/4/2008) pukul 06.00 Wita. Murid SD I Atambua, Rizki Nomleni (7) dan Letuna Frangki tewas di tempat kejadian. Sementara Cengki Nomleni (6) kini dirawat di RSUD Atambua.
Kita sedih dan prihatin atas kecelakaan lalulintas yang kembali menelan korban jiwa. Kita turut berduka cita atas kepergian para korban. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat penghiburan dan peneguhan dari sanak saudara, famili, kerabat dan siapa saja yang peduli dengan mereka.
Sedih dan prihatin. Begitulah perasaan yang menyelimuti kita setiap kali terjadi kecelakaan yang menelan korban jiwa. Namun, sejujurnya perasaaan semacam itu tak lama bertahan dalam bilik batin kita. Setidaknya bagi kita yang tidak mengenal atau tidak bertalian darah dengan para korban. Kita mudah lupa dan boleh jadi menganggap kecelakaan di jalan sebagai sesuatu yang tak terelakkan. Suatu risiko yang harus diterima. Pandangan seperti ini agaknya belum berubah meskipun kecelakaan lalulintas bisa dicegah.
Departemen Kesehatan RI dan Departemen Perhubungan selalu merilis data kecelakaan yang mencengangkan. Setiap tahun rata-rata 30.000 orang meninggal dunia akibat kecelakaan lalulintas di Indonesia. Ketika masih menjabat Menteri Perhubungan (Menhub) RI, Hatta Rajasa menyebut kecelakaan lalulintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke. Dengan angka setinggi itu, Indonesia masuk urutan ketiga negara di Asia Tenggara dalam hal jumlah kecelakaan lalulintas tertinggi.
Data Dephub juga menyebutkan mayoritas penyebab kecelakaan adalah kondisi kendaraan yang tidak laik jalan, melanggar aturan dan kelelahan fisik pengemudi (faktor manusia). Data dari Kepolisian RI memperkuat kenyataan itu. Mantan Kapolri, Da'i Bachtiar dalam suatu diskusi di Jakarta menyebutkan 91 persen penyebab kecelakaan lalulintas di jalan adalah faktor manusia. Sebanyak 5 persen karena faktor kendaraan, faktor jalan 3 persen dan faktor lingkungan 1 persen. Secara demografi, umumnya korban kecelakaan lalulintas adalah kelompok manusia usia produktif (usia 15-40 tahun) dan sebagian besar kaum laki-laki.
Dalam kecelakaan lalulintas di Kupang, SoE dan Atambua dua hari terakhir, faktor manusia memegang peranan kunci. Frengki meninggal karena kepalanya terbentur bak truk. Saat kejadian Frengki berdiri di pintu Angkot. Di SoE, korban melakukan aksi akrobatik free style dengan sepeda motornya lalu terjadi tabrakan maut dengan sepeda motor lain dari arah berlawanan. Di Atambua, sepeda motor ditabrak angkot yang menyalahi jalur (melanggar rambu-rambu).
Tak ada saran yang lebih bijak selain menggugah kesadaran semua pengguna jalan untuk menaati ketentuan berlalulintas. Mulai dari hal yang kerap diangap remeh seperti memakai helm standar, melengkapi surat-surat kendaraan, memiliki SIM sampai menghindari kebiasaan kebut-kebutan. Khusus kepada aparat kepolisian, kita dorong untuk menjadi teladan dan bertindak tegas terhadap siapa saja yang melanggar aturan di jalan umum.** Salam Pos Kupang, edisi Jumat 4 April 2008.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes