ENDE, PK -- Calon Gubernur NTT, Ibrahim Agustinus Medah mengatakan, program pendidikan dan kesehatan gratis bukan hal yang sulit kalau memang ada kemauan baik dari pemerintah karena memang dana untuk pendidikan dan kesehatan bersumber dari APBD.
"Apa yang sulit? Kalau pemimpin yang tidak memberikan pendidikan dan kesehatan gratis kepada masyarakat itu pemimpin berdosa karena dia tidak mau rakyatnya pintar. Karena bagaimanapun, baik pendidikan dan kesehatan adalah hak dasar rakyat yang harus dipenuhi. Dan, itu sudah saya lakukan di Kabupaten Kupang," kata Medah saat tampil berkampanye di halaman Kantor Kelurahan Onekore, Kecamatan Ende Tengah, Kabupaten Ende, Sabtu (31/5/2008)
Kampanye Paket Tulus di Ende merupakan kampanye perdana putaran kedua untuk Zona 3 yang meliputi Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat. Selain didampingi Calon Wakil Gubernur NTT, Paulus Moa, Medah juga didampingi sejumlah juru kampanye (Jurkam) diantaranya Cyrilus Bau Engo, Anwar Pua Geno, Albert Vincet, Marcelinus Petu dan Herry Wadhi. Sebelum berkampanye, Paket Tulus diarak dengan kendaraan keliling kota Ende oleh simpatisan dan pendukungnya.
Program lain yang akan dilaksanakan, demikian Medah, adalah pemberdayaan ekonomi rakyat. Menurutnya, masyarakat harus diberdayakan. Pemberdayaan dimulai dari dasar yakni dari rakyat sendiri dan bukan turun dari atas. Cara untuk memberdayakan ekonomi masyarakat adalah dengan memberikan pelatihan-pelatihan serta suntikan modal yang cukup karena selama ini ekonomi masyarakat tidak bisa berkembang dengan baik karena tidak didukung dengan pelatihan serta permodalan.
Untuk mengatasi masalah permodalah, demikian Medah, pemerintah akan memberi pinjaman lewat bank tanpa harus dipungut bunga karena uang yang dikasih bank adalah uang pemerintah yang disimpan di bank. "Uang itu adalah uang pemerintah yang disimpan di bank dan masyarakat bisa meminjamnya," kata Medah.
Mengenai tuduhan korupsi yang dialamatkan ke dirinya, Medah mengatakan, dirinya telah bebas dari berbagai tuduhan tersebut karena baik berdasarkan pemeriksaan jaksa dan juga polisi semuanya tidak terbukti. "Kalau kami telah diperiksa namun kita akan lihat orang-orang yang berteriak soal korupsi itu karena mereka belum pernah diperiksa, coba mereka juga diperiksa," katanya.
Dia meminta masyarakat untuk memilih pemimpin yang bertindak cepat untuk rakyat dan bukan calon pemimpin yang baru akan buat ini dan akan buat itu. Karena calon pemimpin yang demikian adalah tipe "pemimpin akan" dan dia tidak tahu apa yang harus dibuat untuk rakyat.
"Kalau kita memilih calon pemimpin yang baru akan berbuat untuk rakyat itu bukan pemimpin ideal karena dia baru akan berbuat, sementara rakyatnya sudah mati. Namun hendaknya memilih calon pemimpin yang bertindak cepat untuk rakyat," kata Medah.
Paulus Moa secara tegas mengatakan komitmen Tulus untuk memperjuangkan terbentuknya Propinsi Flores. Dikatakan, Propinsi Flores bukan hal baru namun telah diperjuangkan dalam kurun waktu yang lama namun hingga kini belum memberikan hasil yang optimal.
Propinsi Flores adalah merupakan kehendak rakyat Flores dari dulu karena memang rakyat Flores tentunya berkehendak untuk hidup lebih baik dibandingkan saat sekarang," ujar Paulus Moa.
Menurutnya, dari segi sumber daya alam dan juga sumber daya manusia di daerah Flores cukup menjanjikan maka amatlah wajar kalau Flores menjadi propinsi.
Jurkam Paket Tulus, Cyrilus Bau Engo mengatakan, memilih gubernur dan wakil gubernur bukan seperti memilih kepala suku atau kepala kampung. Diharapkan kepada masyarakat agar secara cerdas dalam menentukan calon pemimpinnya. Calon pemimpin yang dipilih adalah pemimpin yang telah berpengalaman, kriteria tersebut ada pada Paket Tulus.
Cyrilus mengajak masyarakat agar tidak memilih calon pemimpin yang baru coba-coba menjadi pemimpin karena tipe pemimpin demikian adalah pemimpin yang tidak siap. Pemimpin yang telah siap untuk memimpin adalah Paket Tulus. Kampanye Paket Tulus ditutup dengan peragaan cara mencoblos surat suara Nomor 3 bergambar wajah Medah-Moa. (rom)
Pos Kupang edisi Minggu 1 Juni 2008, halaman 10
"Apa yang sulit? Kalau pemimpin yang tidak memberikan pendidikan dan kesehatan gratis kepada masyarakat itu pemimpin berdosa karena dia tidak mau rakyatnya pintar. Karena bagaimanapun, baik pendidikan dan kesehatan adalah hak dasar rakyat yang harus dipenuhi. Dan, itu sudah saya lakukan di Kabupaten Kupang," kata Medah saat tampil berkampanye di halaman Kantor Kelurahan Onekore, Kecamatan Ende Tengah, Kabupaten Ende, Sabtu (31/5/2008)
Kampanye Paket Tulus di Ende merupakan kampanye perdana putaran kedua untuk Zona 3 yang meliputi Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat. Selain didampingi Calon Wakil Gubernur NTT, Paulus Moa, Medah juga didampingi sejumlah juru kampanye (Jurkam) diantaranya Cyrilus Bau Engo, Anwar Pua Geno, Albert Vincet, Marcelinus Petu dan Herry Wadhi. Sebelum berkampanye, Paket Tulus diarak dengan kendaraan keliling kota Ende oleh simpatisan dan pendukungnya.
Program lain yang akan dilaksanakan, demikian Medah, adalah pemberdayaan ekonomi rakyat. Menurutnya, masyarakat harus diberdayakan. Pemberdayaan dimulai dari dasar yakni dari rakyat sendiri dan bukan turun dari atas. Cara untuk memberdayakan ekonomi masyarakat adalah dengan memberikan pelatihan-pelatihan serta suntikan modal yang cukup karena selama ini ekonomi masyarakat tidak bisa berkembang dengan baik karena tidak didukung dengan pelatihan serta permodalan.
Untuk mengatasi masalah permodalah, demikian Medah, pemerintah akan memberi pinjaman lewat bank tanpa harus dipungut bunga karena uang yang dikasih bank adalah uang pemerintah yang disimpan di bank. "Uang itu adalah uang pemerintah yang disimpan di bank dan masyarakat bisa meminjamnya," kata Medah.
Mengenai tuduhan korupsi yang dialamatkan ke dirinya, Medah mengatakan, dirinya telah bebas dari berbagai tuduhan tersebut karena baik berdasarkan pemeriksaan jaksa dan juga polisi semuanya tidak terbukti. "Kalau kami telah diperiksa namun kita akan lihat orang-orang yang berteriak soal korupsi itu karena mereka belum pernah diperiksa, coba mereka juga diperiksa," katanya.
Dia meminta masyarakat untuk memilih pemimpin yang bertindak cepat untuk rakyat dan bukan calon pemimpin yang baru akan buat ini dan akan buat itu. Karena calon pemimpin yang demikian adalah tipe "pemimpin akan" dan dia tidak tahu apa yang harus dibuat untuk rakyat.
"Kalau kita memilih calon pemimpin yang baru akan berbuat untuk rakyat itu bukan pemimpin ideal karena dia baru akan berbuat, sementara rakyatnya sudah mati. Namun hendaknya memilih calon pemimpin yang bertindak cepat untuk rakyat," kata Medah.
Paulus Moa secara tegas mengatakan komitmen Tulus untuk memperjuangkan terbentuknya Propinsi Flores. Dikatakan, Propinsi Flores bukan hal baru namun telah diperjuangkan dalam kurun waktu yang lama namun hingga kini belum memberikan hasil yang optimal.
Propinsi Flores adalah merupakan kehendak rakyat Flores dari dulu karena memang rakyat Flores tentunya berkehendak untuk hidup lebih baik dibandingkan saat sekarang," ujar Paulus Moa.
Menurutnya, dari segi sumber daya alam dan juga sumber daya manusia di daerah Flores cukup menjanjikan maka amatlah wajar kalau Flores menjadi propinsi.
Jurkam Paket Tulus, Cyrilus Bau Engo mengatakan, memilih gubernur dan wakil gubernur bukan seperti memilih kepala suku atau kepala kampung. Diharapkan kepada masyarakat agar secara cerdas dalam menentukan calon pemimpinnya. Calon pemimpin yang dipilih adalah pemimpin yang telah berpengalaman, kriteria tersebut ada pada Paket Tulus.
Cyrilus mengajak masyarakat agar tidak memilih calon pemimpin yang baru coba-coba menjadi pemimpin karena tipe pemimpin demikian adalah pemimpin yang tidak siap. Pemimpin yang telah siap untuk memimpin adalah Paket Tulus. Kampanye Paket Tulus ditutup dengan peragaan cara mencoblos surat suara Nomor 3 bergambar wajah Medah-Moa. (rom)
Pos Kupang edisi Minggu 1 Juni 2008, halaman 10