Gubernur Atoin Meto yang Mana?

ATRISIUS Tefa mendorong pintu besi yang bertuliskan Polpas (Polisi Lapas) bercat kuning dan coklat. Kepalanya celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan, ketika pintu besi itu berderit agak keras. Ia takut Polpas memergokinya karena bertemu wartawan tanpa izin.

Usai menarik nafas panjang, ia bergegas mendekati Pos Kupang yang berdiri di pintu belakang Aula Rutan Kefamenanu. Aula seluas 12 meter x 9 meter itu 'disulap' jadi Tempat Pemungutan Suara (TPS). TPS 'raksasa' itu diapit gedung induk dan gedung yang berisikan kamar tahanan.

"Calon Gubernur NTT dari Atoin Meto (sebutan orang asli Timor, Red) yang mana?" tanya Tefa dengan suara nyaris berbisik. Matanya mendelik takut ketika salah satu anggota Polpas melintas di kerumunan wartawan elektronik di Pintu Keluar I. "Tidak ada calon gubernur dari Atoin Meto. Khan tadi kamu sudah coblos, kenapa tanya lagi begitu?" tukas Pos Kupang.

"Kalau wakil gubernur dari Atoin Meto?" tanya Tefa dengan nada tidak sabar. "Ada!" tukas Pos Kupang pendek. "Yang mana?" sergah Tefa sambil menatap gambar pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT yang menempel di samping kiri Pintu Keluar II. "Tadi kamu sudah habis coblos. Nah, menurut kamu, yang mana Wakil Gubernur NTT dari Atoin Meto?" tanya Pos Kupang. Tefa ragu. Ia diam sejenak seakan berpikir keras. "Ayo, yang mana?" tanya Pos Kupang.

"Itu, yang badan besar. Yang di samping kiri. Nomor satu paling atas. Wajahnya mirip Bap Unu (sebutan bagi paman kandung, Red) yang tinggal di Kupang. Mukanya asli Atoin Meto. Betul hang?" kata Tefa. Wartawan cuma tertawa ngakak melihat tampangnya yang lugu.

Ketika wartawan mengangguk membenarkan tebakannya, Tefa langsung memeluk Pos Kupang. "Aduh, untung! Tadi saya coblos dia. Aduh, syukur. Semoga dia yang menang. Biar orang Atoin Meto bisa lihat kami di kampung-kampung," tukasnya. Matanya berseri-sering saking gembiranya.

Kisah lain lagi, John Dethan, pria Rote, yang tersangkut dalam kasus pembunuhan. Ketika ditanya, ia coblos yang mana, pria kurus sok akrab ini berujar, "So pasti beta tusuk Pak Medah. Dia khan orang Rote," tukasnya tertawa, memperlihatkan gigi depannya yang ompong.

Ditanya apa harapannya jika Pak Medah terpilih sebagai Gubernur NTT, Dethan menjawab, "Semoga dia kerja baik-baik saja. Jangan korupsi, makan uang rakyat. Kalau ketahuan, pasti masuk bui ke beta sekarang," tukasnya tanpa beban.

Lain lagi harapan Ny. Hendrika Ceunfin, ibu tiga anak yang dijebloskan ke Rutan Kefa karena tersangkut kasus abortus di Lurasik, Biboki Utara. Butuh waktu 30 menit untuk membujuk Ny. Ceunfin agar menyampaikan harapannya itu kepada para wartawan. Ia sangat gugup ketika wartawan TV Biinmaffo menyorot wajahnya dengan kamera. Saking gugupnya, Ny. Ceunfin tidak bisa berkata-kata. Ia hanya senyum-senyum saja di depan kamera. Ia baru berbicara setelah dituntun oleh kameraman TV dan wartawati NTT Pos dan TV Global, Judit Taolin.

"Saya harap pasangan gubernur dan Wakil Gubernur NTT yang terpilih nanti jangan enak bikin janji saat kampanye saja. Dia harus tunjuk bukti. Kalau sekolah gratis harus betul. Kalo berobat gratis, juga harus betul. Dan kami minta agar setelah dilantik, tolong datang lihat kami di rutan," katanya terbata-bata disambut tepuk tangan meriah dari para napi yang menyaksikan wawancara itu.

Setelah perhitungan surat suara, ternyata Fren unggul 74 suara. Sedangkan Tulus mendapat 52 suara dan Gaul 42 suara. "Di sini ada 205 narapidana. Yang masuk DPT cuma 195 orang. Dan sampai siang ini 26 orang yang belum mencoblos. Sebab beberapa lalu, beberapa narapidana sudah bebas dan pulang kampung. Mereka tidak mungkin datang lagi ke rutan untuk mencoblos," kata Lorens Medoh, Ketua PPS di Rutan Kefamenanu. (ade)

Pos Kupang edisi Minggu, 15 Juni 2008 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes