LEWOLEBA, PK -- Tokoh masyarakat Kabupaten Lembata, Petrus Gute Betekeneng mengingatkan calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya dan Ir. Esthon Foenay, M.Si (Paket Fren) tidak lupa diri jika terpilih memimpin NTT.
"Jadi Gubernur dan Wagub bukan kejar pangkat kedudukan, harta kekayaan dan kehormatan. Orang Lamaholot akan malu, kalau jadi gubernur untuk befoya-foya," kata Petrus diawal kampanye untuk Paket Fren di lokasi eks Pasar Inpres Lewoleba, Senin (2/6/2008).
Pencetus Statmen Tujuh Maret sebagai cikal bakal pembentukan Kabupaten Lembata ini memberikan nasehat dan peneguhan kepada Paket Fren sebelum Frans Lebu Raya tampil berkampanye.
Selain Gute Betekeneng, Wakil Bupati Lembata, Drs.Andreas Duli Manuk ikut memberikan pengantar sebelum pembukaan kampanye. Ia mengharapkan masyarakat Lembata memilih Paket Fren pada 14 Juni 2008 mendatang.
Frans Lebu Raya mengingatkan masyarakat Lembata dan Flores Timur agar tidak termakan janji-janji paket calon selama masa kampanye. Lebu Raya yang saat itu berkampanye tanpa didampingi Esthon Foenay karena sedang berkampanye di tempat lain, mengutip khotbah Romo Kanis saat misa di Gereja Katholik St. Maria Asumpta, Kota Baru, Kupang, Minggu kemarin, mengimbau umat jangan termakan janji selama kampanye. "Banyak janji, banyak farisi. Itu kata Romo Kanis," ujar Lebu Raya.
Ia menambahkan, banyak juga membual dengan janji segala macam gratis bila kelak terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT. Kesehatan gratis dan pendidikan gratis itu sebenarnya mendompleng program pemerintah pusat. "APBD kita tidak cukup untuk kesehatan gratis dan pendidikan gratis. Yang gratis itu program pemerintah pusat," kata Lebu Raya.
Ia mengatakan, Paket Fren difitnah dengan isu tidak menyetujui pemekaran Propinsi Flores. Padahal, dari semua fraksi di DPRD NTT, justru Fraksi PDIP yang paling ngotot dan menyetujui pembentukan Propinsi Flores dengan catatan bila aspirasi masyarakat Flores menghendakinya. Keinginan pembentukan Propinsi Flores harus muncul dari keinginan masyarakat Flores, bukan aspirasi orang dari luar Flores.
"Itu bukan isu baru. Yang lain hanya omong di koran, supaya cari popularitas, tapi Fraksi PDIP omong dan rumuskan di forum resmi DPRD NTT. Yang jadi soal selama ini karena masyarakat Flores belum setuju ibu kota propinsi. Orang Manggarai dan Ngada maunya di Mbay. Orang Ende maunya ibu kota propinsi di Ende, sedangkan orang Sikka, Flores Timur dan Lembata mau di Maumere. Kalau aspirasi ini memenuhi syarat kita mekarkan," tandas Lebu Raya.
Lebu Raya mengatakan, ia telah membuktikan komitmennya melayani masyarakat NTT selama lima tahun menjadi Wakil Gubernur NTT mendampingi Gubernur Piet A Tallo, S.H. Bahkan sejak 5 Juli 2007, sakitnya Gubernur Piet A Tallo, S.H, kendali pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan ada di tangannya. Piet Tallo dan Lebu Raya telah banyak berbuat untuk seluruh masyarakat NTT.
"Jangan ragukan kemampuan Frans Lebu Raya. Putra Lamaholot akan jaga kehormatan anak tanah untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya," tegas Lebu Raya. Lebu Raya mengakui sebagai anak petani yang besar dari hasil pertanian merasakan jeritan, kesulitan dan kebutuhan petani di NTT. Ia telah berkeling ke semua kabupaten dan kota di NTT dan tidak akan lupa diri dengan asal usulnya. Menurutnya, keinginannya menjadi gubernur untuk memperjuangan kepentingan masyarakat. (ius)
Pos Kupang 3 Juni 2008, halaman 1
"Jadi Gubernur dan Wagub bukan kejar pangkat kedudukan, harta kekayaan dan kehormatan. Orang Lamaholot akan malu, kalau jadi gubernur untuk befoya-foya," kata Petrus diawal kampanye untuk Paket Fren di lokasi eks Pasar Inpres Lewoleba, Senin (2/6/2008).
Pencetus Statmen Tujuh Maret sebagai cikal bakal pembentukan Kabupaten Lembata ini memberikan nasehat dan peneguhan kepada Paket Fren sebelum Frans Lebu Raya tampil berkampanye.
Selain Gute Betekeneng, Wakil Bupati Lembata, Drs.Andreas Duli Manuk ikut memberikan pengantar sebelum pembukaan kampanye. Ia mengharapkan masyarakat Lembata memilih Paket Fren pada 14 Juni 2008 mendatang.
Frans Lebu Raya mengingatkan masyarakat Lembata dan Flores Timur agar tidak termakan janji-janji paket calon selama masa kampanye. Lebu Raya yang saat itu berkampanye tanpa didampingi Esthon Foenay karena sedang berkampanye di tempat lain, mengutip khotbah Romo Kanis saat misa di Gereja Katholik St. Maria Asumpta, Kota Baru, Kupang, Minggu kemarin, mengimbau umat jangan termakan janji selama kampanye. "Banyak janji, banyak farisi. Itu kata Romo Kanis," ujar Lebu Raya.
Ia menambahkan, banyak juga membual dengan janji segala macam gratis bila kelak terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT. Kesehatan gratis dan pendidikan gratis itu sebenarnya mendompleng program pemerintah pusat. "APBD kita tidak cukup untuk kesehatan gratis dan pendidikan gratis. Yang gratis itu program pemerintah pusat," kata Lebu Raya.
Ia mengatakan, Paket Fren difitnah dengan isu tidak menyetujui pemekaran Propinsi Flores. Padahal, dari semua fraksi di DPRD NTT, justru Fraksi PDIP yang paling ngotot dan menyetujui pembentukan Propinsi Flores dengan catatan bila aspirasi masyarakat Flores menghendakinya. Keinginan pembentukan Propinsi Flores harus muncul dari keinginan masyarakat Flores, bukan aspirasi orang dari luar Flores.
"Itu bukan isu baru. Yang lain hanya omong di koran, supaya cari popularitas, tapi Fraksi PDIP omong dan rumuskan di forum resmi DPRD NTT. Yang jadi soal selama ini karena masyarakat Flores belum setuju ibu kota propinsi. Orang Manggarai dan Ngada maunya di Mbay. Orang Ende maunya ibu kota propinsi di Ende, sedangkan orang Sikka, Flores Timur dan Lembata mau di Maumere. Kalau aspirasi ini memenuhi syarat kita mekarkan," tandas Lebu Raya.
Lebu Raya mengatakan, ia telah membuktikan komitmennya melayani masyarakat NTT selama lima tahun menjadi Wakil Gubernur NTT mendampingi Gubernur Piet A Tallo, S.H. Bahkan sejak 5 Juli 2007, sakitnya Gubernur Piet A Tallo, S.H, kendali pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan ada di tangannya. Piet Tallo dan Lebu Raya telah banyak berbuat untuk seluruh masyarakat NTT.
"Jangan ragukan kemampuan Frans Lebu Raya. Putra Lamaholot akan jaga kehormatan anak tanah untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya," tegas Lebu Raya. Lebu Raya mengakui sebagai anak petani yang besar dari hasil pertanian merasakan jeritan, kesulitan dan kebutuhan petani di NTT. Ia telah berkeling ke semua kabupaten dan kota di NTT dan tidak akan lupa diri dengan asal usulnya. Menurutnya, keinginannya menjadi gubernur untuk memperjuangan kepentingan masyarakat. (ius)
Pos Kupang 3 Juni 2008, halaman 1