Ingat Ende, Ingat Beranga (1)

SUDAH lama terpendam keinginan untuk bisa jalan-jalan lagi ke Ende di Pulau Flores. Andaikan tak ada kesempatan melaksanakan tugas, maka suatu waktu saya akan mengambil cuti agar bisa berlibur sekaligus mengunjungi sanak familiku. Hampir lima atau enam tahun belakangan ini saya tak lagi menginjakkan kaki di kota yang pernah ditinggal proklamator RI, Bung Karno tersebut.

Dari semua kota di Flores, menurut saya, ada tiga kota yang menarik dikunjungi. Pertama, kota kelahiranku di Maumere, karena di sanalah tangisku pertama kali dan pertama kali saya mengenal dunia. Kedua, Kota Ende, di sana saya bisa menikmati udara khas pegunungan di Moni, kabut, sayuran segar dan buah wortel sebesar lengan anak usia SD yang dijajakan para wanita di Pasar Nduaria. Yang paling sensasional, menyaksikan keunikan Danau Triwarna Kelimutu.

Sedangkan kota ketiga Labuan Bajo di ujung barat Pulau Flores. Wilayah terakhir ini saya kunjungi sekitar 13 tahun silam atau tepatnya Agustus 1995 ketika ditugaskan melakukan reportase musibah kecelakaan speedboat yang menewaskan Asisten IV Menko Kesra RI bersama sejumlah anggota tim peneliti Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan Unesco.

Pasca liputan itu sebuah event nasional roadshow Lintas Nusa dari Aceh- Los Palos pertama kali masuk NTT. Gerbang pertama sampai ke NTT selepas dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ke arahh timur yakni Labuan Bajo.
Karena itu, ketika mendapat telepon dari markasku di Kupang mengabarkan penugasan saya ke Ende selama berberapa waktu, terasa lengkaplah rencana saya. Dalam hati kecil, rupanya teman-temanku di redaksi mengerti selera. Saya utak-atik rencanaku. Apa yang akan saya bikin selama berada di Ende?

Tentu saja saya akan penuhi seleraku makan pisang beranga atau wisata ke Danau Kelimutu mengobati kerinduan sekitar enam tahun tak lagi menyaksikan keunikan dan keindahannya sekalian menulis tentang Kelimutu.

Menyebut nama Ende, pertama terlintas dalam pikiran Danau Kelimutu. Danau triwarna ini satu-satunya di dunia. Berkunjung ke Ende tidak lengkap kalau kembali tak membawa cerita Kelimutu. Keunikannya itu pula, setiap hari dijumpai para wisatawan Eropa, Asia dan domestik berseliweran menikmati keindahan Kelimutu. Mereka nekad jalan kaki dari Moni menuju puncak, menggunkan ojek atau kendaraan roda empat.

****
BERKUNJUNG ke Ende, tak lengkap rasanya hanya menyaksikan Danau Kelimutu tanpa menikmati buah pisang beranga. Memang, buah pisang ini bisa dijumpai di banyak tempat di Flores bahkan Lembata. Sekadar mengisi perut di perjalanan tidak sulit menjumpainya. Pada pinggiran ruas jalan utama Larantuka-Ende, pasar lokal di pedesaan, kecamatan dan kota kabupaten dijual. Modal Rp 5.000, kita bisa membawa pulang sesisir buah pisang beranga.


Seperti juga berkunjung ke tempat-tempat lainnya, ketika kembali ada saja buah tangan dibawa. Kembali dari Pulau Bali membawa kain atau baju kaos khas Bali. Apel, salak dan rambutan Bali atau ketika ke Garut kembali membawa dodol Garut atau pulang dari Palembang membawa empe-empe.
Sama juga Ende. Jangan hanya bertamasya menyaksikan keindahan dan keajaiban "Danau Tiwutelu"membawa pulang cerita dan gambar, buah pisang beranga bisa menjadi buah tangan.

Kepala Sub Dinas Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Ende, Fransiskus Xaverius Ndoki, mengatakan buah pisang beranga yang dijumpai di banyak pasar di Flores umumnya berbeda dengan pisang beranga asli Ende yang disebut "pisang beranga kelimutu." Pohon pisang ini tumbuh dan berkembangan biak dengan baik di seluruh wilayah Ende.Tetapi, kualitas dan citra buahnya berbeda tergantung pada topografi dari permukaan laut.

Daerah tumbuhnya pada tegalan yang tak banyak mengandung air dan terletak pada ketinggian 0-800 meter di atas permukaan laut. Pada wilayah tersebut bentuk buah pisang beranga kelimutu lebih besar, panjang dengan jumlah buah 13-15 buah dalam setiap sisir atau sekitar 10 sisir dalam satu tandan. Panjang buahnya antara 12-15 cm dan diameter 7 cm. Ketika matang, warna kulitnya kuning gading, berbintik-bintik hitam, rasanya sangat manis dan dagingnya kenyal.

Sedangkan pisang beranga kelimutu yang tumbuh pada daerah ketinggian 850-1.200 meter di atas permukaan laut, meski ciri warna kulitnya kuning gading bercak hitam, namun rasanya manis bercampur asam seperti pisang diperam.

Varietas kelimutu dengan ciri dan kualitas unggul tersebut tidak ditemui di semua tempat di Ende. Daerah tumbuhnya tersebar di Kecamatan Nagapanda, Ende, Wolojita, Ende Selatan, Ndona,Wolowaru dan Lio Timur. Wilayah lainnya, kalaupun varietas ini bisa berkembangbiak rasanya berbeda.
Mendapatkan buah-buahan ini sangat mudah. Di gerbang masuk Kota Ende di Pasar Wolowona, puluhan pedagang papalele menjualnya. Ke rah jantung kota bisa didapatkan di Pasar Potulando atau lebih mentereng dengan sebutan pasar senggol. Sementara ke arah selatan, bisa diperoleh di Pasar Ende di sekitar kompleks pertokoan. Harganya relatif murah dan bisa dijangkau antara Rp 10.000-Rp 15.000/sisir dengan jumlah buah 13-15 buah.

Pengakuan Frans dibenarkan koordinator Yayasan Tana Nua Ende, Hendrikus Pala. Ia menegaskan, pisang beranga kelimutu memiliki kualitas terbaik, hanya hidup daerah cuaca sedang, tak terlampau panas dan tidak terlampau dingin. Para petani di wilayah tersebut perlu mendapat perhatian ekstra dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat atau komponen lain yang konsern terhadap pengembangan usaha pertanian.
Apa manfaatnya mengonsumi pisang beranga kelimutu?

Jenis buah-buahan ini mengandung vitaman A, meski Dinas Pertanian Kabupaten Lembata belum memastikan seberapa besar kandungan vitaminnya. Sementara rekan saya wartawan Kompas yang bermarkas di Ende, mengakui cita rasa pisang beranga kelimutu sangat beda dengan pisang jenis mana pun.
Menurutnya, pisang beranga kelimutu sangat cocok untuk membantu pencernaan, anak-anak maupun orang dewasa yang mengalami hambatan membuang kotoran besar. Ia menyarankan mengonsumsi pisang beranga kelimutu. Keluhan Anda itu bisa terjawab. (Eugenius Moa/bersambung)

Pos Kupang edisi Senin, 11 Agustus 2008, halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes