ilustrasi |
Kita di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) misalnya, hari-hari ini sudah bisa mengetahui jumlah sekaligus siapa saja mereka yang masuk DCS dari partai politik (parpol) peserta Pemilu Legilatif (Pileg) 2014 mendatang. Ratusan bahkan ribuan nama itulah yang bakal dipilih rakyat dalam pesta demokrasi tahun depan demi melanjutkan tugas legislator sebagai repsentasi rakyat.
Daftar nama-nama tersebut memang masih mungkin berubah hingga nanti KPU mengetuk palu dan mengumumkan Daftar Calon Tetap (DCT). Namun, hampir bisa dipastikan tidak banyak perubahan. Sekitar 90 persen dari DCS sekarang akan ditetapkan sebagai caleg. Pengumuman DCS serta DCT memberi ruang kepada masyarakat luas untuk mulai menilai figur-figur dari parpol. Sejak saat ini masyarakat berhak menelusuri track record atau rekam jejak dari masing-masing calon. Kini saatnya rakyat mempertimbangkan dengan bijak apakah seseorang pantas dipilih sebagai pengemban amanat atau diabaikan.
Kiranya semua memaklumi bahwa parpol memiliki andil besar dalam menyumbangkan calon anggota legislatif (caleg) berkualitas yang akan duduk di kursi parlemen, entah di level DPRD maupun DPR. Idealnya parpol melakukan proses kaderisasi yang mumpuni sehingga mengusung caleg yang benar-benar layak dan pantas sebagai pembawa aspirasi masyarakat. Namun, kenyataan di negeri ini tidak seindah itu.
Benar apa yang dikatakan Sekretaris Jendral Partai Golkar, Idrus Marham dalam diskusi Pemilu Biaya Tinggi dan Kualitas Anggota DPR di Jakarta, Kamis (13/6/2013). Menurut Marham sebagai dikutip dari situs Tribunmanado.co.id, kaderisasi asal-asalan, apalagi jika parpol hanya menerima caleg karena alasan potensi votegetter maupun harta dimilikinya pasti menjadi mimpi buruk bagi regenerasi anggota DPR di masa mendatang.
Marham mengkritisi langkah sejumlah parpol yang membuka pendaftaran caleg, bahkan sampai mengiklankan via media massa. Menurutnya, langkah ini justru menunjukkan DPR dijadikan sebagai ajang mencari kerja dan bukan wadah untuk mengabdi kepada masyarakat.
Fakta yang diungkap Idrus Marham itu bukan isapan jempol. Sejak lama kita menyaksikan parpol begitu girang dan berlomba-lomba mengusung caleg instan yang semata mengacu pada popularitas serta kekuatan duitnya. Ketika terpilih menjadi wakil rakyat kerjanya asal-asalan . Jarang ikut rapat bahkan memilih mundur di tengah jalan demi mengutamakan kepentingan pribadi. Kenyataan yang sama pastilah ada di Sulawesi Utara ini sehingga sudah saatnya bagi masyarakat bumi Nyiur Melambai memilih dengan cerdas. Jangan sampai Anda tertipu lagi oleh kader instan serta kekuatan uang. Semoga! *
Sumber: Tribun Manado 14 Juni 2013 hal 10