Pingkan Mandagi Pakai Uang Pribadi

Pingkan
Minimnya dana menjadi salah faktor yang mengganggu persiapan atlet Sulawesi Utara (Sulut) menuju Pekan Olahraga Nasional (PON) di Riau bulan September 2012. Meski demikian para atlet yang telah lolos ke  PON tetap disiplin berlatih. Bahkan ada atlet yang mengeluarkan dana pribadi agar latihannya tidak terhambat seperti dialami atlet terjun payung Pingkan Mandagi.

"Saat ini kami sedang melakukan pemusatan latihan daerah (pelatda) untuk mempersiapkan atlet mengikuti PON di Riau," kata Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulut,  Steven E Liow, di ruang kerjanya, Senin (23/4/2012).
Dikatakannya, pelatda ini akan dilakukan selama lima bulan mulai bulan April hingga Agustus 2012.

Liow mengatakan, seperti pada PON sebelumnya permasalahan yang dihadapi kontingen Sulut menghadapi PON Riau adalah minimnya anggaran. Ia mengatakan, idealnya untuk mengikuti pesta olahraga multievent berskala nasional  itu anggarannya Rp 20 miliar. Namun yang tertata di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) Sulut tahun 2012 hanya Rp 10 miliar. 

"Anggaran terbatas ini karena seringnya salah perencanaan. Harusnya ini sudah direncanakan anggarannya minimal 2-3 tahun sebelum pelaksanaan PON," tutur  Liow. Ia meminta masalah ini menjadi perhatian seluruh elemen, mulai dari pemerintah daerah, DPRD, KONI serta  pengurus setiap cabang olahraga. "Meski minim anggaran tapi bukan berarti kita tak bisa berprestasi," ujarnya.

Minimnya dana PON menjadi salah satu agenda yang dibahas dalam rapat Kadispora Sulut, Steven Liow dan panitia Pelatda PON di Hotel Yuta, semalam. Panitia pelatda minta  pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 28 miliar untuk persiapan ke Riau. Liow menegaskan tidak mungkin permintaan itu dituruti karena pembahasan APBD 2012 sudah lewat. "Kalau dibilang sejak tahun lalu, pemerintah mungkin masih bisa menyanggupinya," tuturnya. Panitia Pelatda yang diwakili James Sumendap  menuturkan anggaran sebesar Rp 20 miliar itu untuk akomodasi, peralatan,  transportasi dan biaya PON yang lain. "Ini untuk kesuksesan kita," tegasnya.

Meski sempat panas rapat berakhir dengan  tenang saat Liow dan
Sumendap  mengalihkan pembicaraan dengan candaan-candaan terkait sepakbola Liga Champions Eropa.  Peserta yang hadir pun ikut tertawa.  Mereka berdua sepakat minta pemerintah kabupaten dan kota mendukung  kiprah atlet Sulut dalam PON nanti.  Liow menambahkan, ke depan pemerintah akan memberi perhatian khusus kepada pengurus cabang yang berprestasi. Menurutnya, tidak tertutup kemungkinan dana untuk pelatih akan masuk APBD. "Bagi cabor yang berprestasi dan hasilnya terbaik akan kita bangun sekolah. Contohnya bridge," jelas Liow.

Ia menambahkan pada  PON Riau 2012, KONI Sulut menargetkan meraih 23 medali emas dari 25 cabang olahraga yang diikuti atlet Sulut. Dispora sendiri  tidak muluk-muluk. "Kita hanya menargetkan 10-15 medali emas. Tapi kami berharap target KONI terpenuhi," katanya. Bagi atlet peraih emas akan dapat bonus dari pemerintah. "Satu medali emas dihargai Rp 100 juta," tandas Liow. 

Pakai Uang Sendiri

Satu di antara cabang olahraga (cabor)  yang selalu menyumbang emas untuk Sulutd di PON adalah terjun payung. Namun, cabor ini belum melakukan pelatihan. "Kalau terjun payung, kita training camp (TC) sebulan sebelum pelaksanaan PON," kata atlet terjun payung Pingkan Mandagi kepada Tribun Manado, Senin (23/4).
Dikatakan Pingkan, TC terjun payung tidak dilakukan di Manado, tetapi di luar daerah. Menurut wanita yang selalu menjuarai kejuaraan terjun payung nasional ini, kemungkinan mereka akan melakukan pelatihan di Australia. "Di sana biayanya relatif paling murah," ujar Pingkan.

Ia menambahkan, selain murah, latihan di Australia memungkinkan mereka  tujuh kali latihan dalam sehari. Jadi, dalam sebulan mereka 150 kali terjun. "Kita akan insentif latihan di situ. Sekarang kita lagi berusaha mendapatkan dana," tuturnya.
Namun ada yang dikhawatirkan Pingkan. Wanita yang juga merupakan PNS di Dispora Sulut ini mengatakan, parasut yang akan digunakan atlet Sulut sudah kedaluwarsa karena pengadaan sejak tahun 1993. "Harusnya  sudah pensiun sejak 2003. Tapi karena keterbatasan parasut, kami masih gunakan," jelas Pingkan.

Dijelaskannya, di PON ada savety officer yang bertugas memeriksa kelayakan parasut sebelum terbang. Ia khawatir savety officer  mendapati parasut mereka tidak layak dipakai. "Sayang kan terjun payung sudah identik dengan Sulut," tegasnya.

Pingkan bercerita bahwa pada kejuaraan November 2011, Frangky Kowaas, atlet terjun payung asal Sulut didiskualifikasi karena parasutnya terbelah. "Karena itu kita terus berjuang mendapatkan parasut baru," katanya. Menurut dia,  gubernur Sulut sudah menjanjikan kepada mereka tiga parasut baru. Tapi, dari tiga parasut tersebut baru satu parasut yang sudah bisa dicairkan dananya. "Dua parasut lagi kita sedang usahakan. Kita yang lolos pra PON ada 10 orang," tuturnya.


Ia   mengaku sering mengeluarkan uang pribadi ketika parasutnya mengalami kerusakan. Namun kata Pingkan, hal ini bukan hanya dialami dia sendiri. "Semua atlet dari cabor manapun pasti pernah melakukan hal yang sama. Tapi karena kita cinta cabor yang kita geluti, jadi ikhlas saja. Kita berharap pemerintah bisa memberikan support kepada semua cabor," tandasnya.(aro)

Deisy Pindah ke Kaltim

KURANGNYA perhatian terhadap kesehjahteraan para atlet di Sulawesi Utara, menyebabkan duta olahraga Nyiur Melambai dipinang daerah lain. Buntutnya prestasi Sulut di ajang PON Riau bakal anjlok lantaran atlet-atlet andalan berganti seragam dan panji daerah. Sebut misalnya Deisy Sumigar yang menjadi andalan Sulut di cabang atletik. Deisy  pindah ke Propinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sejak tahun 2008. Atlet yang acapkali menyumbang emas itu pindah karena pemerintah tidak memperhatikan prestasi dan kesehjateraannya.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulut,  Steven E Liow yang ditemui secara terpisah, kemarin, mengakui banyak atlet  Sulut yang pindah mendukung daerah lain. Di satu sisi, menurut Liow, hal ini memalukan, tapi di sisi lain merupakan cambuk bagi pemerintah daerah terus melakukan pembenahan di bidang olahraga. "Selama ini berkembang isu bahwa kita (pemda) tak mampu mensejahterahkan atlet. Ini akan kita ubah. PON 2012 akan jadi tonggak bangkitnya olahraga Sulut. Karena kita merupakan satu dari tujuh provinsi yang dapat perhatian khusus dari pemerintah pusat," kata  Liow.

Ia menambahkan, cabang olahraga yang selama ini tidak berprestasi akan menjadi perhatian khusus dari pemerintah. Dispora akan meminta KONI Sulut segera mereformasi pengurus cabor yang tidak berbuat apapun. "Jangan cuma tulis nama cari popularitas. Olahraga itu untuk cari prestasi bukan tempat cari nama," tutur Liow.

Pengamat olahraga Sulut, James Sumendap menuturkan, dalam waktu  dua tahun terakhir tidak ada lagi atlet Sulut yang hengkang. Malah menurutnya, ada atlet daerah lain yang bersedia bela panji Sulut untuk PON Riau 2012. "Kita sudah kedatangan atlet andalan lain di antaranya akan meperkuat cabang paralayang, karate, pencak silat dan cabang olahraga lain," ujarnya di Hotel Yuta Senin (23/4)  malam. (dru/aro)

Sumber: Tribun Manado 24 April 2012 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes