Terima Kasih Siloam-USNS Mercy

Kapal USNS Mercy di Teluk Manado 2012
Anda masih ingat peristiwa pilu yang menimpa Hendrik Mangadil, nelayan miskin asal Desa Laotongan, Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun lalu? Hendrik kini bersyukur dan mengucapkan terimas kasih  karena bayinya Hendra Mangadil yang menderita meningocele (benjolan di sekitar kepala) telah sembuh.

Hari Sabtu (23/6/2012), Hendrik Mangadil tiba-tiba berkunjung ke Tribun Manado. Pada Oktober tahun lalu ia datang mengeluhkan layanan sebuah rumah sakit di Manado terhadap bayinya. Kini ia datang untuk mengucapkan terima kasih karena bayinya telah dioperasi dan sehat. Saat bertandang ke Tribun nelayan asal  Sangihe itu membawa buku tulis. Di dalamnya sudah tertulis beberapa lembar surat sebagai ungkapan hatinya. Tulisan tangan dengan tinta biru itu ditujukan kepada keluarga besar RS Siloam Manado.

"Dalam kesempatan ini saya mengucapkan limpah terima kasih atas perawatan serta pelayanan bagi anak saya, Hendra Mangadil. Tidak ada yang bisa saya berikan untuk membalas budi baik dari seluruh yang bertugas di RS Siloam.  Hanyalah doa saya ke hadirat Tuhan, kiranya Tuhan melimpahkan hikmatNya serta memberkati baik berkat-berkat jasmani, terlebih berkat rohani. Kiranya dalam tugas Tuhan tetap menyertai," tulis Hendrik dalam surat yang ia bacakan kembali.

Surat yang serupa juga dituliskan masing-masing untuk Dokter Rendy, Dokter Maximillian Oley SpBS, Dokter Mendy Hatibie Oley serta Yayasan Cinta Amelia Indonesia. Ia menganggap semua orang yang disebutnya berjasa besar sehingga anaknya mendapatkan perawatan dari tim dokter USNS Mercy dan RS Siloam, dan kini dalam keadaan sehat. Masing-masing surat ia lepaskan dari buku dan serahkan kepada Tribun. "Saya belum sempat tulis surat untuk (USNS) Mercy. Juga kepada Bapak Aditya Moha yang pernah membantu kami. Kalau bisa Tribun menyampaikan terima kasih saya ini kepada mereka," ujar Hendrik.

Hendrik mengaku tak menduga suatu malam di awal Maret 2012, saat ia duduk dan termenung di teras rumahnya di Laotongan, datang kabar baik yang memupus keputusasaannya atas derita anaknya. "Waktu itu datang pemberitahuan Bapak Sem Makaluas yang menyatakan saya agar bersiap ke Manado," tuturnya. Tak memiliki uang, ia disuruh meminjam uang dulu. Uang itu nanti diganti setiba di Manado. Tak berpikir panjang, ia langsung mengiyakan suara di telepon itu.

Besoknya, ia langsung menemui bendahara gereja yang bernama Ibu Sima. Kepadanya ia menunjukkan pesan sms permintaan bantuan. "Ibu itu langsung memberikan pinjaman Rp 600 ribu," sebutnya. Berbekal uang itu, ia berangkat ke Manado bersama Agnes Takapipi, istrinya, Hendra dan Novriani.

Di Manado ia disambut Pembina Yayasan Cinta Amelia Indonesia, Cinta Amelia Roring bersama Sem Makaluas. Hendrik sekeluarga dibawa ke rumah Amelia. "Di sana Ibu Amelia mengganti uang tiket dan memberi saya sejumlah uang untuk keperluan hidup sehari-hari," ucapnya.

Beberapa hari kemudian, ia pindah ke rumah kerabatnya, Paul Bandil, di Perum Tamara, Kelurahan Mapanget Barat, Mapanget. Sesudah itu ia dibawa ke RSUP Kandou. Di sana, Hendra ditangani Dokter Maximillian Oley dan Dr Rendy. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan seperti CT scan, foto, rontgen, ia disuruh menunggu selama dua pekan. Kebetulan waktu itu ada kabar datangnya kapal Amerika USNS Mercy dalam event Pacific Partnership 2012 tanggal 31 Mei hingga 15 Juni 2012.

Pada 28 April 2012, Hendrik sekeluarga kembali ke Sangihe. Perasaannya waktu itu penuh harap. Meski begitu ia sempat kecewa, ketika tak sempat mendaftarkan Hendra sebagai pasien USNS Mercy di kampungnya.  Kekecewaan itu terobati dengan datangnya pesan dari Dr Rendi yang meminta ia segera berangkat. Ia pun mencari uang pinjaman. Pilihannya jatuh kembali pada Ibu Sima. "Uang pengganti dari Ibu Amelia sudah saya pakai membayar utang ke Ibu Sima," tuturnya.

Tanggal 24 Mei,  ia membawa Hendra dan seorang keponakanannya ke Manado. Tiba di Manado pada 25 Mei, keesokan harinya ia dan Hendra diantar ke RSUP Kandou. Di sana sudah menunggu Dr Rendy. Menggunakan mobil Dr Rendy, ia bertolak menuju RS Siloam. Sejak tanggal 26 Mei 2012, ia menjalani perawatan di lantai 2, Kamar No 2202 RS Siloam.  Kehadiran Hendrik dan bayinya beberapa saat sebelum RS Siloam diresmikan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono. Saat itu juga USNS Mercy menggelar aksi kemanusiaan bagi warga Sulut.

Pasrah pada Tuhan
Mendekati waktu operasi, Hendrik pasrah pada Tuhan lewat doa. Dr Mendy memberinya kekuatan. "Kata Dokter Mendy, saya berdoa saja dan percaya kepadanya," katanya. Operasi berlangsung pada 7 Juni 2012. Sehari sebelumnya, ia didatangi Dr Maxi, Direktur Siloam, dan seorang dokter asing. Besoknya operasi berlangsung pukul 07.00. "Dari balik kaca saya melihat dokter 14 orang, tujuhnya dokter asing dari USNS Mercy membentuk posisi keliling dan berdoa," katanya. Hendrik menangis melihat momen itu.

Setelah empat jam, pintu ruang operasi dibuka. Tampak anaknya, kemudian seorang dokter asing. Kepadanya dokter itu mengacungkan dua jempol. Ia pun membalas. Dokter menyatakan operasi telah berhasil. "Waktu itu saya sangat lega. Kata Dokter tinggal menunggu bengkaknya kempis," sebutnya.

Setelah itu anaknya dirawat di ICU, kemudian di bangsal. Beberapa hari yang lalu, benang bekas operasi anaknya dicabut. Hari Sabtu (23/6/2012), ia keluar dari rumah sakit. Maximilian Oley, dokter bedah syaraf yang ikut sebagai tim dokter  mengatakan, saat operasi tim membuang bagian otak yang keluar, karena bagian tersebut telah mati. Tim kemudian menutup bekas operasi dengan cara operasi plastik untuk menutup tengkoraknya yang berlubang.

Kekhawatiran bakal ada komplikasi pascaoperasi pun tidak terjadi. Hingga monitoring hari ke-10 setelah operasi, dan hasilnya cukup menggembirakan. "Pendarahan dan infeksi pascaoperasi tidak terjadi. Porsi makannya juga terus bertambah," ungkapnya.

Tim dokter yang dari USNS Mercy juga merasa senang dapat menolong Hendra. Namun ia mengingatkan agar kondisi bayi Hendra  terus dipantau melalui rumah sakit di Sangihe. Maximillian menjelaskan, penyakit yang diderita sejak lahir hanya terdapat di Asia Tenggara dan negara-negara seperti India, Pakistan, sedangkan di Amerika dan Eropa tidak pernah terjadi. Di Sulut, jenis penyakit tersebut jarang terjadi. (art/erv/max)

Sumber: Tribun Manado 25 Juni 2012 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes