Sarundajang: Saya Bingung Coelacanth Makan Sampah

Ikan Raja Laut
Ikan Raja Laut (Coelacanth)  di perairan Manado yang ditemukan memakan sampah plastik membuat bingung Gubernur Sulut Dr Sinyo Harry Sarundajang.  "Saya juga bingung karena coelacanth ini hidup di kedalaman 200 meter," kata Sarundajang di kantor gubernur, Selasa (29/5/2012).

Sarundajang mengatakan, kalau ada di dalam perut ikan, itu bearti sampah plastik memang dimakan ikan purba yang dilindungi tersebut. Sarundajang meminta agar jangan mendramatisir tentang keberadaan sampah. "Seolah-olah laut kita itu sudah penuh dengan sampah. Saya pikir tidak seperti itu," ujarnya.

Ia menambahkan, kalau benar sampah d makan ikan yang hampir punah tersebut, maka ini menjadi tantangan bagi dunia ilmu pengetahuan.  Para ilmuwan harus mencari tahu mengapa di kedalaman 200 meter masih ada sampah. "Atau memang kenyataannya seperti itu. Tapi kita kan belum dapat laporan resmi dari Jepang tentang hasil penelitian mereka. Jadi saya belum bisa memberikan penjelasan lebih lanjut mengapa hal tersebut bisa terjadi," tuturnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut Ir Happy T R Korah, mengatakan pihaknya sudah mensosialisasikan agar masyarakat tidak lagi membuang sampah ke laut. Program Save Bunaken yang dicanangkan beberapa waktu lalu, kata Korah, merupakan satu upaya agar ekosistem laut tetap terjaga. "Bukan hanya di lautnya yang kita jaga, tapi mulai dari hulu sungai," kata Korah.

Menurut dia, wilayah laut yang perlu diberikan tanda untuk penyelamatan ikan Raja Laut, masih dikoordinasikan karena wilayah-wilayah laut tempat ikan ini hidup juga meliputi wilayah beberapa kabupaten kota.

Selain penangkapan secara tak sengaja, sampah  menjadi musuh utama ikan coelacanth di Manado. Prof Alex Masengi, Guru Besar Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) mengungkapkan hal tersebut, Selasa (29/5/2012). "Kami sudah melakukan penelitian sejak 2004 dan menemukan sekitar 35 spesimen Ikan Raja Laut masih hidup di perairan Indonesia," ujarnya.

Selama penelitian ia membuktikan banyak ditemukan sampah di dalam laut terutama di Teluk Manado. Ia bersama peneliti lain pernah merekam di kedalaman 275 menggunakan wahana bawah laut tanpa awak (remotely operated vehicle/ROV) yang dipasang dengan kamera perekam video. "Di kedalaman tersebut banyak sampah bahkan terekam ada ikan coelacanth yang berenang di antara sampah yang tenggelam," jelasnya.

Fakta ini mengejutkan bagi para peneliti, karena ikan Coelacanth Latimeria Menadoensis merupakan spesimen langka yang dilindungi dan terbukti terancam kelangsungan hidupnya. Penelitian yang bekerjasama antara Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat berjumlah 10 orang, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) sekitar 4 orang dan dari Aquamarine Fukushima Jepang sekitar 6 orang tergabung dalam Green Eye Project.

Penelitian di lakukan dari Toli Toli hingga Papua dan berdasarkan survei yang spesimen tersebut paling banyak ditemukan antara Pulau Talise dan Pulau Bangka. "Kita rekomendasikan di lokasi-lokasi inti dibuat perlindungan laut dalam untuk kelangsungan hidup Ikan Raja Laut," katanya. Tujuan utama penelitian ini untuk menguak keberadaan coelacanth dan diharapkan ada upaya konservasi. (aro/rob)

Sumber: Tribun Manado 30 Mei 2012 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes