Dokter Fandy Cium Kening Jasad Istrinya

dr Olwien Oroh
TOMONON, TRIBUN  - Kerja kerasa tim gabungan Basarnas, TNI, Polri, Pol PP dan masyarakat tidak sia-sia untuk mengevakuasi korban tanah longsor di Kelurahan Tinoor II Kecamatan Tomohon Utara,Jumat (17/1/2014). Pada hari ketiga pencarian,  mereka berhasil menemukan jenazah dr Olwien Oroh, satu di antara lima korban meninggal yang sudah teridentifikasi.

Jenazah Kepala Puskesmas Kakaskasen yang meraih predikat Pukesmas terbaik di Sulut tahun 2013 itu ditemukan tim gabungan  Jumat (17/1) sekitar pukul 10.30 Wita,  tak jauh dari lokasi penemuan putranya Edo Hermansyah (14) dan Rony Sion Moguni (55), sopir mobil Inova biru yang disapu material longsoran tiga hari lalu.

"Terus terang, saya sempat putus asa sebab sudah beberapa hari melakukan penggalian di lokasi, tidak melihat tubuh dokter, selain tas dan dompet yang ditemukan bersama almarhum anaknya Edo. Tapi, bersyukur hari ini, jenazahnya boleh ditemukan oleh tim dan dibawa ke rumah," kata Kompol Alkat Karouw, Kabag Ops Polres Tomohon yang memimpin pencarian itu.

Alkat mengatakan, jenazah dr Olwien berada sekitar 4 meter dari  titik ditemukannya dua  korban sebelumnya. "Memang ajaib, sebab Yang Kuasa menunjukkan lokasi tepatnya," kata Alkat. Seperti disaksikan Tribun Manado, pencarian jenazah dr Olwien dipenuhi banyak tantangan. Ketika Ketika sudah mendekati titik jenazah, hujan tiba-tiba turun begitu juga luapan lumpur sehingga  lokasi kembali tertimbun. Ratusan anggota tim harus menggali lagi hingga kedalaman 1,5 meter. "Masyarakat Tinoor banyak membantu. Mereka  terus menggali serta membiarkan air mengalir di lokasi hingga menggerus bagian longsoran tanah menjadi lebih tipis," jelas Alkat.

Sebelum menemukan titik yang tepat, tim  dipecah menjadi beberapa untuk menggali di sekitar lokasi mobil yang ditumpangi dokter Olwien Oroh diterjang longsor.  Sekitar pukul 08.00 tim melihat tanda-tanda ada orang yang tertimbun  diperkuat dengan munculnya jari kaki korban ke permukaan air. "Kami yakin itu adalah dokter Olwien, sebab saat jari kaki muncul di permukaan air, ada kuteks berwarna merah di kukunya," kata Aiput Icad Polii, anggota Polres Tomohon yang ikut melakukan evakuasi korban. Tim makin bersemangat menggali material longsoran. Namun, ada halangan batu besar. Anggota tim harus menempuh banyak cara  untuk mengeluarkan batu, mulai dengan mengangkat pakai tangan alat bantu hingga tali dan  kayu. "Pasang tali, pasang tali di batu baru tarik," teriak seorang anggota tim "Bongkar saja itu batu supaya lancar," kata yang lainnya.

Setelah melakukan berbagai usaha tanpa henti jenazah dokter Olwien berhasil dievakuasi.  Jenazah pun dimasukkan ke dalam kantong mayat lalu dibawa anggota tim menaiki tebing curam dengan jarak sekitar 100 meter hingga di jalan raya.  Dengan bergandeng tangan, tim bahu-membahu membawa korban hingga ke mobil ambulans yang sudah menunggu. Selajutnya jenazah dilarikan ke Rumah Sakit Bethesda Tomohon untuk dimandikan.

Tangis Histeris
Suasana haru langsung merebak saat jenazah dr Olwien Oroh tiba di Rumah Sakit Bethesda Tomohon tadi malam. Para stafnya dari Puskesmas Kakaskasen menangis histeris. Suami korban dr Fandy Hermansyah dan anaknya Farno Hermansyah pun tak kuasa menahan tangis. Dokter Hendy tampak mengelus-elus dan mencium kening jasad istrinya.  Keluarga dokter ini kehilangan dua anggota keluarga  sekaligus dalam bencana itu yakni Edo Hermansyah dan ibunya dr Olwien Oroh.
Jenazah almarhumah kemudian dibawa ke rumah duka di Kelurahan Talete Kuranga. Di sana jenazahnya ditempatkan berdampingan dengan sang putra Edo, yang lebih dulu ditemukan pada Kamis (16/1/2014). Karangan bunga ucapan belasungkawa pun tampak memenuhi rumah duka.

Kepergian dr Olwien Oroh  meninggalkan duka  mendalam bagi masyarakat Kota Tomohon. Sebab, semasa hidup beliau dikenal sangat baik dan banyak prestasi membanggakan. Tak terkecuali bagi para pegawainya di Puskesmas Kakaskasen. "Dokter bagi kami seperti mama sendiri, sebab beliau sebagai pemimpin sangat baik, banyak keteladanan yang diwariskannya terutama di bidang kerja sebagai tenaga kesehatan," kata Marlieke Elyas, Kepala Tata Usaha Puskesmas Kakaskasen.

 Almarhumah, kata dia, memiliki banyak gagasan untuk mengembangkan Puskesmas  hingga mendapat juara di tingkat provinsi. "Hak kami juga tak pernah ditahan, selalu diberikan tepat waktu. Bahkan, jika ada kekurangan, beliau sering membantu kami," tuturnya. Mersi Pajouw, pegawai puskesmas lainnya, mengungkapkan tak ada firasat buruk memang yang dirasakan sesaat sebelum kejadian. Sebab, dokter Olwien sempat memberitahu akan ke Puskesmas setelah mengantar kedua putranya ke Manado Internasional School (MIS). "Tak ada firasat buruk soal dokter. Jadi, kami sangat terkejut ketika mengetahui beliau mengalami musibah.  Sungguh kami sangat kehilangan, sebab beliau adalah sosok yang sangat baik dalam melayani masyarakat. Sangat layak untuk diteladani," ujarnya.

 Korban meninggal di Tomohon yang ditemukan hingga kini lima orang. Selain dokter Olwien, korban lainnya adalah Edo, Fecky Karinda serta cucunya Jeremia Pantouw dan Rony Sion Moguni.

Pencarian korban bencana longsor di Tomohon masih akan berlanjut hari ini, Sabtu (18/1). Kali ini pencarian difokuskan di wilayah Tambulinas, lokasi yang diduga kuat menimbun lebih banyak korban sebab saat kejadian banyak warga melihat ada puluhan orang yang berteduh di rumah dan ikut terbawa longsor hingga tertimbun. "Pencarian terus dilakukan, sebab di sini diduga banyak yang tertimbun dan belum ditemukan. Ada juga korban istri almarhum Fecky yang kami cari. Diduga  ikut tertimbun juga," kata  Sekretaris Kota Tomohon Arnold Poli, Jumat (17/1/2014).

Di lokasi pencarian, tepatnya di ruas jalan Manado-Tomohon yang ambles tersapu longsor sudah tercium bau menyengat. Diduga bau tersebut berasal dari mayat yang terkubur di bawah reruntuhan. Terlihat juga kendaraan serta sisa-sisa puing rumah di lokasi kejadian. Pemerintah meminta warga Sulut yang merasa kehilangan keluarga, terutama ketika bencana longsor di Tinoor terjadi Rabu lalu segera melapor ke tim gabungan agar mudah mengidentifikasi jika nanti ditemukan. Begitu juga dengan puluhan kendaraan roda dua yang ditinggalkan.

Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Bachtiar yang kemarin meninjau lokasi longsoran di Tinoor mengerahkan sekitar 1.000 personel TNI ke lokasi untuk membantu pencarian korban bersama aparat Polres Tomohon, Polda Sulut, Sat Pol PP  dan masyarakat. "Pencarian ini dilakukan bersama-sama, TNI saja yang diturunkan ada 1.000 personel. Mudah-mudahan bisa membuahkan hasil," ujar Pangdam  yang didampingi Danrem Santiago Manado Brigjen Musa Bangun. (war/kel/kev)


Lumentut Nyaris Jadi Korban

PEGAWAI Balai Jalan Nasional, Marchiano Lumentut hampir menjadi korban tertimbun tanah longsor saat membersihkan jalur jalan Manado-Tomohon di di Tinoor  pada Rabu pagi 15 Januari 2014.  "Untung saya selamat. Tinggal dua langkah lagi saya berjalan,  tanah longsor tiba-tiba turun. Saya nyaris  menjadi korban," katanya kepada Tribun Mandao di Tinoor, Jumat (17/1/2014).

Pada Rabu subuh sekitar pukul 05.30 Wita Lumentut mendapatkan tugas untuk membersihkan longsor di Tinoor. Ketika itu, longsoran berada di empat titik. Dia tancap gas ke lokasi dengan mobil bersama rekan-rekannya dari Balai Jalan Nasional.  "Jalan saat itu sudah tertutup dengan tanah. Tapi kami berhasil membersihkannya," ujarnya. Sekitar pukul pukul 07.00 Wita hari itu, kendaraan sudah bisa melewati empat titik jalan yang sebelumnya tertimbun longsor.

Lumentut dan rekan-rekannya tetap stand by di lokasi lantaran hujan masih turun saat itu. Sekitar  pukul 08.30 Wita, suasana berubah mencekam. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari tebing diikuti benda-benda yang jatuh.  "Ternyata batu dari bukit sudah turun semua. Dalam benak saya ketika itu hanya berpikir apakah saya akan selamat atau tidak," tuturnya.

Dia melihat banyak sejumlah orang terseret material longsoran. "Saya  keluar dari mobil dan mengajak pengendara lainnya menyelamatkan diri ke perkampungan warga Tinoor yang terletak di balik pebukitan. Hanya itu yang saya bisa lakukan. Mau bantu menolong tapi tidak ada alat penyelamatan," kata Lumentut.

Setelah menyelamatkan diri bersama pengendara lainnya, Lumentut  mendengar kabar   bahwa telah terjadi longsor susulan di 32 titik. "Sampai jembatan pun putus," ucapnya. Bagaimana dengan kendaraannya? Menurut Lumentut,  mobilnya sampai kemarin masih terjebak di sana. Mobil belum bisa dibawa ke Manado atau ke Tomohon karena masih ada titik  jalan yang terputus. Selain mobilnya, masih ada  50 mobil lain dan puluhan unit sepeda motor yang  terparkir di pinggir jalan. Kendaraan tersebut ditinggalkan pemiliknya sambil menunggu akses jalan Manado- Tomohon terhubung kembali.  (kev)

Sumber: Tribun Manado 18 Januari 2014 hal 1

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes