Menunggu Sumbangan Buku

PENDIDIKAN bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Proses belajar mengajar tidak harus di kelas dan sekolah sebab bisa dilangsungkan di tempat ibadah, gedung pertemuan, bahkan lapangan terbuka. Sebab prinsipnya, ada nara sumber--dalam hal ini guru, ada siswa dan tentu bahan ajarnya.

Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Manado Dante Tombeg menggelar sekolah darurat pascabanjir bandang dengan menerapkan sistem pinjam sekolah adalah tepat.

Artinya, para guru dan siswa yang sekolahnya rusak meminjam ruang kelas di sekolah terdekat yang sudah bisa digunakan.

"Istilahnya sekolah pinjam sekolah, semua pinjam. Misalnya SD 52 di Ternate Tanjung pindah belajar ke SD 29. Kemudian SD 56 Malendeng pinjam sebagian sekolah di SD 23. Diberlakukan sekolah pagi dan sore.   Yang penting anak-anak bisa masuk sekolah," kata Danter Tombeg seperti diberitakan Tribun Manado, Kamis  (5/1).

Menurut Tombeg, cara itu sudah diterapkan di beberapa sekolah meskipun pelaksanaan di lapangan belum maksimal karena masih dalam kondisi serba darurat. "Memang belum maksimal tapi pada umumnya anak-anak sudah masuk sekolah. Kita menyadari banyak siswa korban banjir yang belum masuk," ungkapnya.

Sebanyak 8.000 siswa mulai dari tingkat TK hingga SMA di Kota Manado terkena dampak banjir bandang 15 Januari lalu.

Selain pinjam sekolah, kata Tombeg,  ketidadaan seragam dan sepatu  tak menghalangi  para siswa masuk sekolah bila memang belum ada.  "Bisa pakai baju biasa dulu, jika tak ada sepatu bisa pakai sandal jepit," ujarnya. Dia berharap pihak sekolah tidak boleh mempersulit siswa yang belum memiliki seragam sekolah, sepatu, buku serta alat-alat tulis.

Menyangkut kelengkapan di sekolah seperti buku pelajara,  kursi dan meja, Tombeg mengharapkan kreativitas kepala sekolah dan guru untuk mengadakannya. Bahkan satu kursi bisa digunakan untuk untuk dua siswa. Di tingkat TK dan  SD hal itu dimungkinkan. 

Upaya yang dilakukan Dinas Pendidikan Kota Manado harus kita dorong dengan membantu kebutuhan sekolah. Kita bisa menyumbang buku tulis dan seragam sekolah. Bahkan mereka yang berkelebihan bisa menyumbang kursi dan meja sekolah.

Sebab, anak-anak harus cepat diselamatkan dari ketertinggalan pelajaran. Sekolah juga bisa menghibur anak-anak di tengah menghadapi masalah bencana. Kondisi piskologi anak-anak harus dipulihkan untuk sebuah kehidupan yang normal. Agar mereka segera mampu keluar dari tekanan bencana ini.

Para guru juga harus bersemangat dan bekerja ekstra sabar karena menghadapi anak-anak yang sedang terbebani kondisi bencana. Bahan ajar tidak harus dipaksakan demi mengejar target kurikulum. Semua harus disesuaikan. Sebab kita yakin, anak-anak adalah makhluk yang cerdas. (*)

Sumber Tribun Manado: 7 Februari 2014 halaman 10
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes