MANADO, TRIBUN - Kerja keras tim gabungan Basarnas, TNI, Polri, Pol PP dan masyarakat mencari korban tanah longsor di Tambulinas, Tomohon kembali membuahkan hasil pada hari keempat pascalongsor, Sabtu (18/1/2014). Korban tewas yang ditemukan sekitar pukul 15.00 Wita kemarin adalah Linda Tan (61).
Oma Linda Tan merupakan korban ketiga yang ditemukan di lokasi longsoran Tambulinas menyusul suaminya Fecky Karinda dan cucunya Jeremia Pantouw yang ditemukan Rabu (15/1) lalu. Jenazah oma, opa dan sang cucu itu akhirnya dapat dimakamkan pada saat yang sama pada Sabtu (18/1) petang di Keluarahan Tinoor II Tomohon.
Saat tim gabungan mencari korban pada Sabtu pagi, pihak keluarga Oma Linda sudah menyiapkan peti mati yang ditempatkan di atas mobil ambulans yang parkir tak jauh dari titik longsoran Tambulinas. Keluarga seperti sudah punya firasat almarhum Linda ditemukan saat itu. Akhirnya benar adanya. Tim berhasil mengevakuasi Oma Linda sehingga dapat dimakamkan bersamaan dengan suami dan cucunya. Posisi makam ketiganya berdampingan.
Tim gabungan memperkirakan masih 17 orang korban lainnya yang belum ditemukan di Tambulinas. Gara-gara longsoran itu pula kendaraan yang masih terjebak di Tinoor yakni 125 mobil dan 40 sepeda motor.
Oma (nenek) Linda terperosot ke jurang saat sedang berlindung dari hujan deras serta menghindari bencana longsor di dekat kediamannya pada Rabu 15 Januari 2014. "Oma saat itu ada berdiri di rumah tetangga, karena di bagian lainnya sudah mulai longsor. Lokasi tempat berdirinya oma, opa, dan adik saya, tiba-tiba ambruk dan jatuh. Saya sempat melihat oma jatuh hingga ke jurang," ungkap Monica Jovica Pantauw ketika ditemui di ruang jenazah RS Kandou, Manado, Sabtu (18/1/2014).
Jenazah Oma Linda ditemukan tertimbun batu besar. Tubuh Oma Linda yang masih mengenakan daster warna hitam dan sweater merah tampak bengkak dan membiru. Setelah diangkat dari timbunan tanah longsor, jenazah Oma Linda dilarikan ke RSUP Prof Kandou Malalayang Manado untuk otopsi dan identifikasi. Sempat terjadi tarik-menarik antara keluarga dengan polisi. Keluarga Oma Linda meminta agar jenazah langsung dibawa pulang ke rumah duka untuk dimakamkam. Namun, polisi bersikukuh sesuai ketentuan yang berlaku perlu diidentifikasi dan diotopsi dulu baru diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan. Keluarga korban dapat menerima penjelasan itu.
"Keluarga mengungkapkan terima kasih mendalam kepada semua pihak yang telah melakukan pencarian. Mereka semua adalah keluarga yang sangat kami cintai," kata Nicko Karinda, adik almarhum Fecky Karinda. Sementara jenazah Kepala Puskesmas Kakaskasen dr Olwien Oroh dan anaknya Edo Hermansyah, korban tewas akibat terjangan longsor di Tinoor akan dimakamkan hari ini, Minggu (19/1).
"Ibadah pemakaman akan dimulai pukul 11.00 Wita, setelah itu jenazah akan disemayamkan di GMIM Kuranga Talete kemudian ke Puskesmas Kakaskasen dan terakhir dimakamkan di pekuburan keluarga di Wailan," kata Sekretaris Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Tomohon Michael Joseph, kemarin.
Kerugian Rp 1,8 Triliun
Menko Kesra RI, HR Agung Laksono menyebutkan jumlah kerugian akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor di Sulut pada 15 Januari 2014 mencapai angka Rp 1,8 triliun. "Ini laporan yang saya terima. Karena sifatnya masih sementara tentunya masih akan berubah," ujar Agung Laksono kepada wartawan di Manado, Sabtu (18/1/2014).
Angka tersebut juga disampaikan Gubernur Sulut Dr Sinyo Harry Sarundajang. "Kerugian sementara mencapai Rp 1,8 triliun termasuk di Tomohon," jelas Sarundajang di sela-sela peninjauan loksi longsor di Tinoor II bersama Menko Kesrra, kemarin.
Selain membawa bantuan berupa makanan, air mineral, matras, selimut, pakaian dan lainnya, kata Agung Laksono, pemerintah pusat juga telah mengucurkan bantuan tahap awal sebesar Rp 700 juta untuk penanganan bencana. "Bantuan uang tunai tahap pertama sebesar 700 juta rupiah sudah diberikan, selebihnya masih menunggu hasil perhitungan," ujar Laksono.
Selama masa tanggap darurat nasional, menurut Laksono, pihaknya bekerjasama dengan pemerintah daerah Sulut akan mendata rumah warga yang rusak ringan, sedang dan berat serta infsrastruktur jalan dan jembatan yang rusak. "Usai tanggap darurat, jumlah kerugian rinci akan ditentukan untuk dibahas bersama dengan DPR RI terkait kucuran anggaran untuk bantuan," jelasnya.
Laksono memastikan, pemerintah pusat memberi fokus pada semua korban yang mengalami luka dan sakit. "Semua korban yang luka-luka dan sakit biayanya ditanggung oleh negara," ujarnya. Dia mengharapkan sinergi antara pemerintah kabupaten kota dan provinsi dalam menangani korban bencana. (war/kel/rik/ika)
Sumber: Tribun Manado 19 Januari 2014 hal 1