TIDAK sedikit kerugian yang melanda para pengusaha di Kota Manado akibat banjir bandang hari Rabu 15 Januari 2014. Hendri Kantohe, satu di antara ratusan pengusaha di Manado yang menjadi korban banjir mengalami kerugian hingga Rp 1 miliar lebih. Hendri tak menyalahkan siapa pun dan berusaha bangkit lagi.
Ketika ditemui di tempat usahanya di Kelurahan Sario Utara, Kecamatan Sario, tepatnya di Toko Aneka Elektro, Atim, pekerja yang mengaku orang kepercayaan Hendri Kantohe mengatakan, kerugian yang dialami sangat besar. "Bos saya lagi di rumah. Dia sempat stres dengan keadaan ini. Diperkirakan kerugian yang dialami Rp 1 milliar lebih," ujarnya.
Sambil menunjuk ke arah barang-barang elektronik yang sudah tertimbun lumpur, Atim mengatakan air menggenangi semua dagangan. "Air naik sekitar dua meter dari tanah, jadi tidak satupun barang yang lolos," ungkap pria asal Jawa itu. Dia mengaku barang yang dijual di tokoh tersebut berupa alat listrik seperti lampu-lampu dari berbagai merek, panel listrik, berbagai macam kabel dan kebutuhan listrik lainnya.
"Yang paling mahal adalah panel listrik. Yang sangat disesali, ada tiga buah panel listrik pesanan Megamas yang sudah jadi tergenang air hingga rusak. Lainnya alat-alat kecil seperti kabel. Tapi kabel juga lumayan harganya. Berbagai macam kabel kami sediakan, mulai dari kabel listrik yang kecil hingga kabel listrik yang digunakan di bawah tanah," jelasnya.
Atim mengatakan, Hendri siap memulai kembali usahanya. "Saya sudah bicara dengan pak Hendri soal kelanjutan usaha. Ada kemungkinan mencari usaha lain atau melanjutkan usaha yang sama. Untuk modal akan diupayakan mencari pinjaman melalui saudara. Dan jika upaya itu tidak berhasil, dia akan menjual sebidang tanah atau meminjam modal usaha dari bank," paparnya.
Dia mengisahkan kejadian 15 Januari lalu. Menurut pria yang sudah bertahun-tahun bekerja bersama Hendri itu, sekitar pukul 07.00 Wita Rabu pekan lalu, dia dan beberapa karyawan akan membuka toko. Tapi saat itu air mulai masuk sehingga mereka memindahkan barang ke bagian atas rak. Namun, air dengan sangat cepat naik sehingga barang-barang tak sempat diselamatkan. "Kami sudah pernah kebanjiran, tapi tidak seperti ini. Awalnya kami berpikir bahwa waktu itu hanya akan terjadi banjir biasa. Tak menyangka akan tinggi. Saat itu kami langsung mengunci toko dan pulang," ceritanya. Diakuinya, ada beberapa alat serta panel yang masih bisa digunakan. Namun, sisa barang tersebut tak dapat menutup kerugian yang dialami bosnya Hendri.
Nasib sama dialami Tedy Molalie. Pemilik Toko Muara Mas, yang menjual kain kursi dan jok mobil di Kelurahan Calaca Lingkungan II. Tedy menyambut dengan nada kurang bersemangat. "Tidak tahu mau bilang apa lagi. Lihat saja sendiri keadaan ini," ujarnya, Kamis (23/1/2014).
Meski begitu, dia bersyukur karena masih ada barang yang terselamatkan. "Sebagian barang memang terendam air. Tapi sebagian lagi sudah terkena lumpur yang entah dari mana datangnya," ujar pria itu yang saat itu didampingi ibunya. Soal kerugian, dia mengaku rugi. Namun, meski rugi, dia masih bisa menjual barang miliknya.
"Yah, terpaksa kami menjual rugi saja. Dari pada tidak ada uang kembali sama sekali. Kami terpaksa menjual murah barang yang terkena banjir. Tapi yang masih seratus persen bagus akan dijual dengan harga biasa," ujarnya.
Di wilayah yang sama, pemilik Toko Megah Karya sempat mengkritisi pemerintah. "Kami mau menyalahkan siapa? Ini memang bencana. Tapi, ini akibat dari ketidaktelitian Pemerintah Manado dalam pembangunan infrastruktur," ujar pemilik toko yang minta nanamnya tidak dipublikasikan.
Menurutnya, air menggenangi tempat setinggi 1,5 meter sehingga semua kain yang dijual berlepotan lumpur. "Lihat saja kain-kain ini. Terpaksa harus dibuka dan di cuci kembali," katanya.
"Kami belum menghitung berapa kerugian. Sebab, semua kain sudah penuh lumpur. Kami harus membuka satu persatu kain dan melihat merek apa saja yang terkena lumpur. Tipe kain berbeda-beda. Kami juga belum menghitung berapa barang yang hanyut terbawa air. Ada juga uang yang basah karena banjir itu. Untung saja tidak hanyut," ujar pria yang mengaku barangnya sebagian barangnya adalah barang impor. (erick mongisidi)
Sumber: Tribun Manado 24 Januari 2014 hal 1