MANADO, TRIBUN - Mata kanannya memar dan tertutup akibat pembengkakan. Sesekali Sunce Mogabe (46) terlihat kesakitan saat batuk akibat tulang rusuk kanannya patah. Meski begitu, Sunce masih bisa berbicara dan berharap suaminya yang hilang bersama 30 warga Desa Nameng Kecamatan Siau Barat Utara Kabupaten Sitaro lainnya, segera ditemukan tim penolong.
Sunce menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Dr Kandou Malalayang Manado, tepatnya ruang kelas II. Selain Sunce, ada dua korban lainnya terbaring lemah di sana yakni Respin Maliku (36) dan Regina Sidangoli (14). Regina dan Respin pun berusaha menahan sakit akibat luka patah tulang.
Respin Muliku alami patah tulang pada kaki kanan serta beberapa tulang rusuknya patah. Punggungnya mengalami luka cukup besar. Goresan-goresan akibat terpental dari atas perahu saat kejadian, Sabtu (25/1/2014), masih terlihat di tubuh perempuan itu.
Sambil menahan sakit, Sunce menceritakan pengalamannya saat terhempas dari perahu di Desa Nameng Sabtu lalu. Menurut Sunce, dia selamat dari maut berkat sepotong kayu yang dia raih di dekat kapal yang dihantam air bah. "Saya pegang sepotong kayu dan berusaha merangkak lalu orang-orang yang melihat langsung membawa saya ke darat," katanya.
Menurutnya, ketika dia dan puluhan penumpang sedang menunggu penumpang lainnya akan naik ke kapal, tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh dari arah darat. Dalam hitungan detik, air bah dari arah perkampungan itu menghantam perahu. Semua penumpang terpental ke lautan. Sunce sedih karena suaminya Jonathan Manope (44) dan penumpang lain belum ditemukan. "Mudah-mudahan bisa ditemukan meski hanya jasadnya," kata Sunce dengan suara lirih.
Korban lain yang kini dirawat di RSUP Kandou adalah Steven Mananohas (28). Ketika ditemui kemarin, Steven yang ditemani sang ibu mengatakan, tangannya patah karena terbentur batu. Steven hanya sempat melihat penumpang lain digulung air bah. "Pokoknya yang saya lihat angin berputar kencang dan air berwarna cokelat seperti tanah bercampur batu. Tidak tahu lagi apa yang terjadi. Saya hanya sempat melihat orang-orang yang ada di perahu tergulung-gulung," kata Steven
yang diselamatkan orang di sekitar TKP. Dia berharap, semua penumpang bisa ditemukan. "Kemungkinan mereka semua tidak selamat. Tapi saya berharap mereka bisa ditemukan," kata Steven.
Sementara itu pencarian terhadap korban hilang akibat banjir bandang di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), belum mengalami perkembangan. Jumlah korban ditemukan tidak bertambah saat pencarian, Selasa (28/1). Kapolres Sangihe, AKBP Sumitro mengatakan, tim gabungan Basarnas,TNI,Polri dan masyarakat melakukan penyisiran di pantai dekat dermaga antara Desa Nameng dan Bukide. "Hari ini kita masih melakukan pencaharian di sekitar TKP," kata Sumitro, Selasa (28/1).
Ia mengatakan, tim penyelamat akan terus melakukan pencaharian hingga 10 hari ke depan. "Kedalaman air di lokasi kejadian sekitar 12-15 meter dan banyak material yang diduga menimbun para korban," tambah Sumitro.
Seperti diwartakan sebelumnya, Sabtu (25/1) pagi puluhan warga Desa Nameng, Siau turun dari kampung mereka menuju dermaga di pantai antara Desa Nameng dan Bukide. Mereka hendak ke Pasar Ulu Siau menggunakan perahu motor. Sekitar pukul 09.00 Wita saat ABK perahu masih menunggu kedatangan seorang penumpang, hujan turun di wilayah itu disertai angin kencang.
Menurut saksi mata, angin puting beliung yang datang tiba-tiba membuat air laut seperti terangkat ke atas lalu terhempas di atas sela-sela lereng perkampungan di pantai itu. Air kembali tercurah dari lereng ke arah laut, berubah seperti banjir bandang yang menghantam perahu di pantai. Perahu terguling, tercabik-cabik. Para penumpang diterjang air bah bercampur material batu, pasir dan kayu. Sebagian besar penumpang terhempas ke laut dan sebagian tertimbun material longsoran dari perkampungan. Hingga kini baru tiga korban tewas yang ditemukan sementara 31 lainnya dalam pencarian. (rik/def)
Sumber: Tribun Manado 29 Januari 2014 hal 1