Pulau Terluar di NTT Butuh Sentuhan

Oleh Benny Jahang

LEPASNYA Pulau Sipadan dan Ligitan dari tangan Indonesia pada tahun 2003 merupakan sejarah yang memilukan bagi bangsa Indonesia. Dua pulau yang masuk dalam gugusan pulau-pulau terluar Indonesia itu harus jatuh ke pangkuan negara Malaysia, hanya karena tetangga dekat Indonesia itu lebih cekatan melihat peluang bisnis dalam urusan investasi pada sektor pariwisata di dua pulau tak berpenghuni itu. 

Lepasnya dua pulau itu memang sejarah masa lalu, tetapi penting menjadi bahan permenungan masyarakat NTT ke depan agar lebih memperhatikan keberadaan pulau-pulau terluar di NTT. 

Investasi pariwisata merupakan label yang melekat kuat bagi warga negara asing sebelum menguasai pulau terluar di Indonesia. Mulai dari membangun cottage (rumah peristirahatan) hingga menguasai pulau secara menyeluruh merupakan modus yang dimainkan pihak asing dalam menguasai suatu pulau yang dianggapnya sangat strategis. 

Dua tahun setelah lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan, muncul berita yang mengejutkan dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Pulau Mangkudu di selatan Pulau Sumba telah dikuasai warga negara Australia bernama David James Wyllie. Banyak pihak menjadi pusing, terutama kalangan tentara langsung mengibarkan bendera Merah Putih di atas mercusuar di kawasan Pulau Mangkudu. 

Berita penguasaan Pulau Mangkudu oleh David James Wyllie semakin kuat karena ternyata pria berkulit putih itu telah menikahi seorang gadis anak seorang kepala suku setempat, yang membuat dia leluasa menguasai pulau itu. Warga negara asing itu bahkan melarang warga lain mendekat ke pulau yang di dalamnya telah dibangun lima unit cottage bagi wisatawan asing yang ingin surfing (berselancar) di pantai berpasir putih Pulau Mangkudu. 

David James Wyllie telah 'menguasai' pulau Mangkudu selama belasan tahun. Semuanya berlangsung aman dan lolos dari perhatian pemerintah dan aparat keamanan.

Pulau Mangkudu yang terletak di kawasan Samudera Hindia dengan posisi 10 derajat, 20'8 S, 120 derajat 05'56 T dengan luas kawasan 1 kilometer persegi dengan topografi tanah datar, padang rumput dan selalu menjadi tempat berlindungnya 100 jenis spesies burung, sangat dekat dengan negara Australia. Dari aspek pertahanan keamanan, Pulau Mangkudu sangat strategis karena langsung menghadap ke Australia.

Pengusaan Pulau Mangkudu oleh David James Wyllie mengundang polemik yang begitu panjang, sehingga menguras perhatian Jakarta. Pemerintah pusat dan pemerintah Propinsi NTT baru terhentak dan buka mata ketika kasus itu mencuat ke permukaan.

Pulau terluar lainnya yang dianggap strategis yaitu Pulau Batek yang terletak di sebelah utara Pulau Timor, di wilayah Kabupaten Kupang, dengan luas 1.500 meter persegi. Pulau itu sangat dekat dengan wilayah negara Timor Leste. 

Pulau kecil yang sebagian besar adalah batu karang dan sebagiannya terdiri dari semak belukar itu sangat strategis dari aspek pertahanan keamanan ketika ada ancaman datang dari timur. Keberadaan Pulau Batek menjadi perhatian luas di tanah air ketika diketahui di pulau tak berpenghuni itu juga telah berkibar sebuah bendera asing.

Pulau terluar lainnya yang dianggap sangat strategis adalah Pulau Ndana Rote yang luasnya 13 kilometer persegi. Pulau yang menghadap ke wilayah Australia itu kerap kali disingahi warga asal negara kanguru untuk melihat obyek wisata pantai pasir putih.Tiga pulau di propinsi 566 pulau ini berada di titik terluar yang bisa menjadi sumber konflik, karena letaknya sangat dekat dengan negara tetangga Australia dan Timor Leste. 

Pemerintah Indonesia hanya sebatas memobilisasi pasukan TNI sebagai 'penjaga' pulau-pulau terluar itu, karena dianggap strategis dari aspek pertahanan dan keamanan, karena dekat dengan negara tetangga Australia dan Timor Leste. 

Operasi perbatasan dan pengamanan pulau-pulau terluar gencar dilakukan TNI AU. Selain itu, TNI AD dan TNI AL memobilisasi pasukan ke pulau-pulau tersebut.

Keberadaan pulau-pulau terluar itu memang sangat penting, karena ketiga pulau itu memiliki daya tarik wisata pantai yang sangat indah, membuat wisatawan bernafsu menguasai ketiga pulau itu. Tidak sebatas itu, dari sudut pandang pertahanan keamanan, ketiga pulau itu sangat penting. 

Mantan Danrem 161/Wirasakti Kupang, Kolonel (Inf) AP Noch Bolla kala itu langsung bertindak dengan menempatkan pasukan 743/PSY di Pulau Mangkudu dan Pulau Batek. Hal itu demi menjaga eksistensi ketiga pulau yang merupakan bagian dari wilayah NKRI itu.

Pemerintah tidak sebatas menempatkan para serdadu di tiga pulau terluar itu, tetapi sudah saatnya pembangunan infrastruktur mulai diarahkan ke tiga pulau itu, sehingga penduduk lokal dapat menetap di tiga pulau itu.

Dengan adanya perhatian pembangunan infrastruktur di tiga pulau itu, maka tentunya kasus seperti lepasnya pulau Ligitan dan Sipadan tidak akan menimpa pulau-pulau terluar di NTT. *

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes