Warga Duarato Makan Ubi Hutan

ATAMBUA, PK -- Warga Desa Duarato, Kecamatan Lamaknen, Belu sejak Maret 2008 lalu mengalami krisis pangan. Saat ini warga menggantungkan hidup dengan memakan ubi hutan (ai uhik), singkong, pisang, dan ubi jalar. Hingga kini Pemerintah Kabupaten Belu belum turun ke lapangan untuk mengatasi krisis pangan yang dihadapi warga ini.

Kepala Desa Duarato, Marselus Koli Mela, ketika dikonfirmasi Pos Kupang melalui hand-phonenya (HP) ke Duarato, Selasa (9/12/2008) membenarkan tentang kondisi pangan warganya itu.

Koli Mela menjelaskan, krisis pangan yang terjadi di wilayahnya itu sudah sering disampaikan pemerintah desa. Proposal yang diajukan ke tingkat kabupaten (Dinas Sosial Belu, Red) pun sudah beberapa bulan lamanya, namun hingga kini tidak ada jawaban. 

Padahal, lanjut Koli Mela, kondisi pangan masyarakat kini sangat memprihatinkan. Bahkan ada sebagian warga yang terancam kelaparan. Munculnya kondisi setelah gagal panen pada awal tahun 2008 karena bencana angin puting beliung. Sejak saat itu, warga hanya mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Duarato ini berada di ketinggian sehingga masuk dalam kondisi daerah rawan bencana. Jumlah penduduk saat ini sebanyak 540 jiwa dan sejak Maret 2008 lalu hampir sebagian besar warga mengalami gagal panen. 

Jadi kondisi rawan pangan di Duarato sebenarnya, lanjut dia, terjadi sejak Maret 2008 dan pemerintah desa sudah mengajukan proposal. Namun sampai sekarang belum ada tindaklanjut dari kabupaten," ujar Koli Melas.

Terhadap kondisi ini, kata Koli Mela, warga terpaksa menyambung hidupnya dengan mengkonsumsi ubi hutan (Ai Uhik), umbi-umbi lainnya seperti, singkong, pisang dan ubi jalar. Untuk stok jagung saat ini sudah tidak ada lagi karena hanya sebagian kecil yang disimpan dari Maret 2008 tetapi sudah ditanam pada musim tanam bulan Desember 2008 ini. Hingga saat ini, katanya, kondisi warga terutama anak-anak memang sangat memprihatinkan karena terkena dampak kurang gizi.

"Masyarakat memang sudah pasrah pada keadaan. Kalau memang mengharapkan bantuan dari pemerintah mestinya sejak Maret 2008 sudah turun. Tetapi sampai sekarang tidak ada. Makanya masyarakat akhirnya konsumsi makanan apa adanya," tandasnya.

Marselus juga pernah menginformasikan soal ketersediaan air minum bagi warga setempat. Selama 50 tahun keberadaan desa ini, warga hanya mengkonsumsi air kali untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Warga selama ini mengkonsumsi air kali Berdao dan Kali Weluli, yang jauh dari syarat kesehatan karena dikonsumsi pula ternak milik warga.

"Saya tidak bisa menyembunyikan permasalahan yang dihadapi warga saya. Saya harus sampaikan bahwa sejak Indonesia merdeka sampai sekarang ini kami warga Duarato mengkonsumsi air kali saja. Belum ada proyek perpipaan air bersih yang masuk ke daerah kami," jelasnya.

Menurut Marselus, dirinya selalu didatangi para warga menanyakan permasalahan ini. Sebagai pimpinan wilayah, dirinya hanya bisa menyampaikan ke tingkat atas, sementara untuk realisasi di lapangan belum bisa dipastikan. Warga, lanjutnya, bisa bertahan hidup jika mengandalkan air Kali Berdao dan Weluli yang kondisinya sangat keruh. (yon)

Pos Kupang edisi Rabu, 10 Desember 2008 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes