Panen Si "Hijau" dalam 45 Hari

Oleh Novemy Leo

SECARA geografis luas wilayah Kabupaten Sikka 7.553,24 kilometer persegi, dengan luas daratan (Flores) 1.731,91 kilometer persegi dan pulau-pulau (17 buah) 117,11 kilometer persegi serta luas lautan 5.821,33 kilometer persegi.

Kabupaten Sikka merupakan kabupaten kepulauan yang terdiri 18 buah pulau. Sembilan pulau berpenghuni dan sembilan pulau tak berpenghuni. Batas sebelah utara dengan Laut Flores, sebelah barat dengan Kabupaten Ende, sebelah selatan dengan Laut Sawu dan sebelah timur dengan Kabupaten Flores Timur (Flotim). 

Keadaan topografinya sebagian besar berbukti dan bergunung dengan lereng-lereng yang curam diselang-selingi lembah dan dataran yang tidak luas. Kawasan dengan topografi datar sebagian besar tersebar di kawasan pantai pada wilayah Kecamatan Magepanda, Alok, Maumere, Kewapante, Waigete, Talibura, Bola, Lela dan Paga. Kabupaten Sikka saat ini terdiri dari 160 desa/kelurahan. Sebanyak 66 desa/kelurahan di antaranya merupakan desa/kelurahan pesisir.

Potensi sumber daya perikanan/kelautan di Sikka sangat besar, antara lain pengembangan budidaya rumput laut alias si hijau. Hingga saat ini jumlah pembudidaya rumput laut yang terdata di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sikka sebanyak 1.461 rumah tangga perikanan (RTP). Mereka tersebar di 15 desa/kelurahan pada delapan wilayah kecamatan sebagai kecamatan uang, berpotensi untuk pengembangan rumput laut.
Luas kawasan pengembangan rumput laut pada delapan kecamatan itu 5.854 ha. Kecamatan Alok Timur seluas 3.750 ha tersebar di Desa Permaan, Kojadoi dan Kojagete. Kecamatan Taibura seluas 668 ha di Desa Lewomada, Wailamung dan Darat Pantai. Kecamatan Waigete seluas 135 ha di Desa Hoder, Wairbleler dan Egon. Kecamatan Kewapante seluas 316 di Desa Waiara. Kecamatan Alok Barat seluas 593 ha tersebar di Kelurahan Wuring dan Wolomarang. Kecamatan Magepanda seluas 383 ha di Desa Kolisia. Kecamatan Lela seluas 5 ha di Desa Lela. Kecamatan Bola seluas 4 ha di Desa Ipir, serta Kecamatan Paga.

Si hijau alias rumput laut ini menjadi rebutan di pasar nasional dan internasional. Karena bahan yang terkandung dalam rumput laut diburu untuk bahan pelengkap 600-an produk. Antara lain, untuk makanan, bisa dibuat dodol, sirup, agar-agar. Juga untuk bahan pelengkap pembuatan odol serta kosmetik. Bahkan di dunia kesehatan, bahan rumput laut juga digunakan untuk obat-obatan dan pembuatan kapsul.

Dengan ratusan manfaat yang bisa diperoleh dari rumput laut itu, maka sudah saatnya pemerintah daerah Sikka berupaya mengembangkan rumput laut. 

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sikka, Ir. Maurits da Cunha melalui Kasubdin Produksi, Paulus H Bangkur, S.Pi, Sabtu (20/12/2008), mengatakan, produksi rumput laut kering selama tiga tahun terakhir ini meningkat terus. Padahal pengembangannya baru dilakukan pada lima dari delapan daerah potensi di Sikka. 


Pada tahun 2005 hasil produksi rumput laut sebanyak 350 ton, kemudian naik menjadi 788,22 ton pada tahun 2006. Pada tahun 2007 naik lagi menjadi 790,10 ton. Pengembangan rumput laut mulai dilakukan pemerintah setempat pada tahun 2004 lalu. Dan kini jumlah pembudidaya rumput laut sebanyak 1.461 RTP pada delapan kecamatan.

Dijelaskan Paulus, salah satu kebijakan umum pengembangan kawasan di Kabupaten Sikka, melalui program mina politan dengan visi yakni terwujudnya kawasan pusat pertumbuhan pengembangan komoditi rumput laut yang tangguh, berorientasi agribisnis dan berbudaya industri pada tahun 2012.

Guna mewujudkan visi tersebut, maka misi pembangunan pengembangan kawasan melalui program mina politan di Kabupaten Sikka, antara lain mengembangkan komoditas rumput laut sebagai salah satu komoditas perikanan unggulan kabupaten sesuai keunggulan komparatif wilayah melalui pengembangan skala kawasan. Juga mengembangkan infrastruktur pendukung pada wilayah sentra pengembangan komoditas rumput laut dan peningkatan sarana dan prasarana pengembangan komoditas rumput laut serta meningkatkan ketersediaan bibit unggul. Peningkatan kualitas, pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia pembudidaya rumput laut, peningkatkan pengendalian panen dan pasca panen yang tepat. Pengembangan kegiatan agrobisnis yang didukung dengan memperkuat sektor input (sarana produksi perikanan) serta sektor budidaya. Juga peningkatan sinergi di antara para pelaku agribisnis dan meningkatkan akses informasi perikanan budidaya secara merata dan pengembangan kapasitas kelembagaan dan kemitraan usaha perikanan budidaya.

"Upaya itu sedang dilakukan oleh pemerintah, tentunya tidak mudah karena dibutuhkan dana yang cukup dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan potensi yang ada di wilayahnya," kata Paulus.

Menurut Paulus, hingga saat ini baru lima dari delapan kecamatan yang bisa dikatakan berhasil dalam pengembangan budidaya rumput laut di wilayah utara, yakni Kecamatan Alok Timur, Talibura, Waigete, Kewapante, Alok Barat dan Magepanda. Sementara tiga kecamatan lainnya di wilayah selatan, yakni di Kecamatan Paga, Lela dan Bola, baru mulai dikembangkan tahun 2008 ini.

Intervensi atau dukungan pemerintah terhadap budidaya rumput laut sudah maksimal. Pada tahun 2008 saja, pemerintah pusat melalui APBN telah memplotkan dana bantuan sosial rumput laut sebesar Rp 400 juta. Sayangnya, dana itu baru cair bulan Desember 2008 sehingga belum bisa dikucurkan kepada petani karena bukan saatnya untuk budidaya.

"Bulan Maret 2009 baru dana ini bisa dikucurkan kepada masyarakat. Karena proses budidayaa rumput laut baru bisa dilakukan sekitar bulan Maret hingga Desember 2008," kata Paulus. 

Dana sebesar Rp 400 juta ini akan dibagikan kepada 200 petani sebagai modal Rp 2 juta per petani. Sementara pemerintah daerah Sikka memplotkan dana APBD untuk pengembangan rumput laut sebesar Rp 1 M tahun 2008, untuk pengadaan sarana produksi, pengadaan sarana prasarana. Juga dana pendampingan untuk 13 tenaga pendamping lapangan.

Usaha rumput laut sangat menguntungkan para petani. Selain karena panennya cepat hanya 45 hari, keuntungan penjualan juga besar. Satu kilogram rumput laut basah, harga jualnya sebesar Rp 2.000/kg. Sementara harga jual rumput laut kering sebesar Rp 8.000,00 - Rp 12.000,00 per kg. Misalnya saja, seorang petani melakukan budidaya rumput laut dengan 50 tali (50 X 50 meter), maka hanya dalam jangka waktu 45 hari, petani sudah bisa panen sebanyak 750 kg di luar bibit.

Jika dijual ke pasaran dengan harga di bawah standar misalnya Rp 10.000,00 per kg, maka sekali panen (45 hari) rumput laut sebanyak 750 kg, petani bisa memperoleh uang sebesar Rp 7.500.000.

Bagaimana jika seorang petani melakukan pengembangan rumput laut lebih dari 50 tali pada kawasan berbeda. Maka, tentu dikali dua hasil penjualan yang diperoleh. Apalagi jika waktu penanamannya dilakukan berbeda, maka setiap saat petani bisa memanen rumput laut.

Sudah saatnya pemerintah daerah Sikka gencar menggerakkan petani untuk melakukan budidaya rumput laut sehingga hasil yang diperoleh petani bisa maksimal dan pada gilirannya bisa mendongkrak perekonomian dan peningkatan kesejahteraan petani di daerah pesisir. *

Pos Kupang edisi Minggu, 28 Desember 2008 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes