Dua Nelayan Lerek Tenggelam

LEWOLEBA, PK -- Dua nelayan asal Desa Lerek, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata, Yoseph Toling dan Romanus Henaken, tenggelam saat memancing ikan di Pantai Waibura, Desa Dulir, Senin (27/4/2009) pukul 20.30 Wita. Sampai Kamis (30/4/2009) pagi, Romanus belum ditemukan. Sedangkan Yoseph menyelamatkan diri dengan berpegangan pada sampan.

"Nelayan yang berhasil menyelamatkan diri itu sudah melapor kepada anggota polisi di Pospol di Atadei," kata Camat Atadei, Tange Yohakim, Rabu (29/4/2009) malam.

Menurut Yohakim, Yosep dan Romanus menggunakan sampan ke Pantai Waibura. Belum sampat membuang pancing muncul arus balik dari darat yang sangat deras. Sampan mereka tenggelam. Yoseph menggapai sampan dan memegangnya. Sedangkan Romanus mencoba berenang melawan arus menuju darat yang jaraknya hanya sekitar 10 meter. Namun usahanya sia-sia dan dia terseret arus dan akhirnya menghilang. Sedangkan Yosep tetap memegang sampan dan akhirnya dia selamat. Ia bahkan masih bisa membalikkan sampannya dan masuk ke dalamnya.

"Sampai tadi sore (Rabu sore) masyarakat, aparat desa dan camat menyisir pantai namun tak menemukan Romanus. Mudah-mudahan dia selamat," kata Yohakim.
Belum ditemukannya Romanus, ayah satu anak perempuan berusia tiga tahun itu menimbulkan kesedihan dan kecemasan istrinya yang sedang hamil tiga bulan.

Menurut warga Lerek dan Dulir, jelas Camat Yohakim, tidak banyak nelayan memasang rumpon atau mencari ikan di lokasi kejadian karena arus laut yang keras.
Menurut Yoseph Toling, keduanya diterjang arus deras sekitar pukul 20.30 Wita. Saat itu mereka belum sempat melepas pancing. 

"Kami berdua melompat ke air dan Romanus berenang ke darat. Dia katakan, kau urus saja sampan itu," kata Yosep.

Beberapa saat kemudian, Romanus terseret arus dan menghilang. "Saya sempat tarik sampan cari dia sekitar 30 menit. Saya sempat dengar ada teriakan minta tolong, tapi suaranya sudah jauh dari tempat kejadian. Waktu itu gelombang besar dan saya tidak mampu," kisah Yosep kepada Pos Kupang, Kamis (30/4) pagi. Ia menelpon dari Kalikasa, ibukota Kecamatan Atadei menggunakan telpon genggam Camat Atadei.

Sendirian tak mampu menolong rekannya, Yoseph berjalan kaki ke Desa Dulir,sekitar tiga kilometer dari lokasi kejadian, san melaporkan musibah ini kepada kepala desa setempat dan minta bantuan pemerintah desa dan masyarakat untuk mencari Romanus. Di malam gelap itu, mereka ramai-ramai turun ke pantai mencari Romanus namun tidak menemukannya.

Yoseph mengakui ia sering bersama Yosep memancing di lokasi itu. Dia mengaku trauma atas musibah yang dialaminya. Ia makin sedih karena rekannya Romanus belum berhasil ditemukan.

Komandan Tagana Lembata, Andres Koban, mengirim pesan singkat kepada Pos Kupang, Rabu malam, bahwa anggota Tagana sudah mencari Romanus sejak Selasa dan Rabu namun tidak menemukannya.

Ia menambahkan, hari Jumat (24/4/2009) sekitar pukul 11.00 Wita, terjadi musibah kecelakaan di laut antara Waiwuring, Pulau Adonara dan Tanjung Tuak di Kecamatan Ile Ape. Sebuah perahu motor yang ditumpangi empat orang, tenggelam di sekitar Tanjung Tuak, tenggelam. Dua orang berhasil menyelamatkan diri, sedangkan dua orang lainnya, yakni seorang ibu dan anaknya berusia empat tahun, dilaporkan hilang. 

"Kami dengar informasi pukul 12.30 Wita dan turun ke lokasi dengan speed boad. Ibu itu sudah diselamatkan, tetapi anaknya meninggal dunia. Jenazah dibawah ke kampung di Pulau Adonara," kata Andreas. (ius)


Di Gunung Api Bawah Laut

BANYAKNYA ikan di perairan Pantai Waibura, Desa Dulir, menjadi daya tarik bagi para nelayan dan penduduk pesisir Kecamatan Atadei. Segala jenis ikan dasar dan "ikan-ikan kelas satu" banyak di lokasi ini.
Namun laut di sini sangat "temperamental". Gelombang dan arus muncul setiap waktu.
Namun ada nelayan yang "gelap mata" karena banyaknya ikan di lokasi itu. Sama juga dengan Yoseph Toling dan Romanus Henaken, dua nelayan yang akhirnya tenggelam akibat diterjang arus sekitar satu kilometer dari gunung api bawah laut, Gunung Hobal. 

Letak gunung ini sekitar 200-an meter dari pesisir Pantai Waiteba, pantai yang disapu gelombang tsunami bulan Juli 1979. Musibah kala itu menenggelamkan separuh dari wilayah bekas ibukota Kecamatan Atadei, bersama ratusan penghuninya.

Yoseph Copurtino Pati Lajar, warga Desa Lerek mengisahkan, sebelum Gunung Hobal meletus sekitar 1970-an, puncaknya nongol di atas permukaan laut saat air surut. Namun saat terjadi pasang, gunung api itu kembali "tenggelam". Namun kini, saat air surut pun gunung itu tak kelihatan lagi. Kemungkinan puncaknya sudah tergerus gelombang laut.

Ia mengatakan, warga Lerek dan Dulir sering memanah ikan di sekitar lokasi. Dulu, di saat gunung mengeluarkan lahar, mereka masih berani mendekati dan memungut ikan yang mati. "Ikan di lokasi ini banyak dan rasanya sangat enak sekali, " kata manajer Kopersi Kredit Ankara ini, kepada Pos Kupang, Kamis (30/4/2009).

Nikolaus Nunang, koordinator Tagana memimpin pencarian Romanus menggunakan speed boad mengakui arus di lokasi itu sangat keras dan gelombangnya besar. Pantainya curam dan dalam. Ia menduga letaknya dekat gunung api bawah laut ini menjadi penyebabnya.

Menurut dia, kalau korban Romanus terseret arus ke pantai maka kemungkinan terbentur pada dinding tebing batu kerang. Kalau terbawa arus maka kemungkinan sampai ke Pulau Pantar di Kabupaten Alor. 
Pada saat ini arus keluar ke arah Pulau Pantar. "Dia bisa terdampar di sekitar TKP saat arus balik pada bulan purnama," kata Nikolaus.

Dia menambahkan, pencarian hari Selasa melibatkan delapan anggota tim Tagana. Mereka menyisir ke Dulir dan Lamanunang atau hampir seluruh Tanjung Atadei sejauh sekitar 10 km, namun tidak menemukan korban. Hari Rabu pagi diadakan seremoni adat di pantai dihadiri warga dan sanak famili korban. Mereka yakin korban sudah meninggal. (eugenius mo'a)

Pos Kupang edisi Jumat, 1 Mei 2009 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes