Melihat lambang dan warna?
TUAN dan puan pernah meluangkan waktu melihat dengan seksama lambang 38 partai peserta pemilu 2009? Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Panwas hampir pasti sudah kerap melihat karena berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka. Petugas intelijen pun pasti sudah melihat-lihat bahkan menganalisisnya dengan cermat.
Para caleg? Mana sempat? Beta tidak yakin mereka mau melihat semua lambang partai. Apa manfaatnya? Tidak terlalu penting bagi caleg. Yang utama bagi mereka adalah ingat lambang partai sendiri lalu berjuang keras meraih suara terbanyak dalam pemilu legislatif 9 April 2009.
Ikhwal lambang partai ada pengalaman lucu yang baru beta alami lima hari lalu. Sewaktu hendak beli sesuatu di toko di kawasan Kuanino-Kupang, beta bertemu teman kuliah dulu. Dia sekarang tercatat dalam lembaran negara sebagai caleg salah satu partai yang baru kali ini ikut pemilu. Obrolan kami pun terfokus pada peluangnya di Pemilu 2009. Sudah kuduga, sang kawan optimis 100 persen meraih harapan. Melenggang ke gedung wakil rakyat yang megah di Jl. El Tari Kupang.
Sebelum berpisah dia ingatkan beta dan anggota keluarga agar ingat namanya waktu hari H. Dasar caleg! Dia lalu mengeluarkan kartu nama dari dalam dompet dan diserahkan kepada beta. Di kartu itu ada lambang partainya. Iseng beta bertanya, kira-kira apa makna dan filosofi lambang itu.
"Ah, kenapa bu (bung, Red) tanya itu? Beta sonde (tidak) tahu artinya," kata si kawan sambil tertawa ngakak. Tanpa beban! Dia pamit. Menghidupkan mesin sepeda motor yang masih mulus bodinya dan sesaat kemudian menghilang di antara keramaian lalulintas Jalan Soedirman Kupang.
Ke-38 partai peserta Pemilu 2009 memiliki lambang dan warna bendera masing- masing. Secara umum memang kuat kesan kemiripan antara satu partai dengan partai lainnya. Sisi pembeda amat tipis. Tapi ada sisi menarik. Orang Indonesia rupanya akrab dengan alam dan lingkungan.
Lambang partai yang hari-hari ini marak di beranda Flobamora umumnya dekat dengan lingkungan sekitar. Ada yang memilih pohon, banteng, burung, bunga, padi, kapas, bulan, bintang dan matahari. Ada juga yang memakai bola dunia, payung, rantai. Sementara warna yang menonjol adalah merah, biru, hijau, putih, kuning dan abu-abu. Ada juga kombinasi dari beberapa warna.
Lalu apalah artinya sebuah lambang? Memilih lambang partai tentu sudah melewati pertimbangan matang. Tidak asal pilih sekadar memenuhi syarat sebuah partai. Lambang menunjukkan identitas. Mencerminkan nilai tertentu dari yang memilih lambang itu. Cermin jati diri. Dia juga cita-cita atau harapan.
Padi dan kapas, misalnya, merupakan lambang kemakmuran. Bersumber dari filosofi bangsa kita, Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentram Raharjo. Kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Rantai adalah lambang persatuan dan kesatuan. Payung melindungi dan menaungi dari panas dan hujan. Bintang dan bulan kadang jauh di langit tinggi. Sinar matahari sumber vitamin sekaligus bisa membakar kulit.
Partai yang memilih binatang sebagai lambang jelas terinspirasi dari watak binatang itu. Banteng dikenal sebagai simbol keberanian dan ketangguhan. Tidak penting apakah banteng itu mulutnya berwarna putih, abu-abu atau hitam. Banteng tangguh bertarung. Tanduknya tidak sekadar melukai, tetapi bisa membunuh.
Burung garuda, siapa tak kenal? Burung dengan banyak julukan itu lambang negara Indonesia yang bhineka tunggal ika. Garuda itu burung mitologis, setengah manusia setengah burung. Garuda, rajanya burung-burung. Dia melindungi dan mengayomi semua orang tanpa memandang perbedaan. Harapan pada garuda tidak sekadar mitos. Tidak terbang terlalu tinggi hingga lupa menangkap detail gunung- gemunung Nusantara, lembah dan ngarai Ibu Pertiwi yang sedang susah.
Ciri khas pohon juga beragam. Tetapi idola dan primadona di ini negeri tetaplah beringin. Dari dulu hingga kini. Dari sisi populasi, jumlah kelapa alias pohon nyiur melambai itu lebih banyak dibanding beringin. Mengapa tidak dipilih?
Beringin (ficus benjamina) punya kisah sendiri. Konon, dalam suatu forum diskusi, ada yang usul kepada Bung Karno agar pohon kelapa dipilih sebagai lambang dengan alasan kelapa adalah pohon yang semua bagiannya berguna bagi manusia. Bung Karno tidak sependapat. Bung Karno mengusulkan beringin karena beringin kokoh, kuat serta kerindangannya dapat menampung semua makhluk ciptaan Tuhan. Penjelasan Bung Karno masuk akal dan semua sepakat memakai beringin.
Terlepas dari benar tidaknya cerita itu, beringin memang akrab dengan budaya asli Indonesia. Pohon besar dan rindang itu dianggap suci dan melindungi penduduk setempat. Waktu kecil di kampung dulu, beta sering lihat orang tua memberi sesaji di bawah pohon beringin. Malah sebagian orang tua melarang anak-anak menjauhi pohon beringin karena tempat itu dianggap "angker". Itu kisah dulu. Kini beringin atau waringin dikenal sebagai tanaman pekarangan dan tumbuhan hias pot. Sudah biasa dipakai sebagai obyek bonsai yang sedap dipandang mata. Artinya, beringin tidak lagi angker. Cuma ada kerepotan di sana. Sebagai tempat bernaung segala makhluk hidup, iklim di beringin sungguh ramai rasanya!
Sekarang kita coba tengok makna warna. Dari sisi desain, warna memiliki aspek psikologis. Memiliki emosi tertentu. Merah mencerminkan kekuatan, energi, hasrat, cinta, gairah, semangat, dorongan dan keinginan. Tetapi merah juga berarti bahaya, perang, kekejaman, kekerasan, api, permusuhan, darah. Merah muda (pink) cermin sifat kewanitaan, kasih sayang, cinta, romantis dan keremajaan. Tetapi juga berarti naif, lemah dan berkekurangan.
Oranye bermakna kehangatan, semangat, ceria, keseimbangan, menggetarkan. Kuning berarti emas, kekayaan, keberuntungan dan kehidupan. Tetapi juga melambangkan ketidakjujuran, iri hati, cemburu, pengecut, pengkhianatan. Hijau menggambarkan alam, lingkungan, kehidupan, pertumbuhan, stabil, santai, kesuburan dan harapan. Hijau juga berarti kecemburuan, nasib buruk, iri hati dan dengki.
Biru berarti kepercayaan, kesetiaan, ketenangan, kedamaian, ketulusan, kesejukan, harmoni, konservatif, percaya diri dan penyembuhan. Tapi juga berarti kesedihan, kedingingan, depresi dan penurunan vitalitas.
Ungu (violet) cermin kebangsawanan, perubahan dan spiritual. Bisa juga berarti kesombongan, kejam, keangkuhan, kasar. Coklat berarti tanah, bumi, netral, hangat, aman dan melindungi. Bisa juga berarti kotor, tumpul dan membosankan. Abu-abu bermakna modern, cerdas, bersih, kokoh, masa depan dan intelektual. Bisa juga berarti umur tua, kesedihan dan kebosanan.
Putih melambangkan kesucian, kebersihan, kemurnian, kesederhanaan, damai, kebaikan. Bisa juga bermakna kematian (budaya timur), dingin, mandul, steril, dan hampa. Hitam artinya kekuatan, keanggunan, kemewahan, misteri, kecanggihan, kemakmuran, kepuasan, kaya pengalaman, tegas, keras, kokoh. Makna negatifnya kematian, takut, setan, marah, kesedihan, duka.
Begitulah kurang lebih cerita tentang lambang dan warna. Bayangkan indahnya negeri ini kalau semua partai merealisasikan energi positif dari lambang dan warna pilihan mereka. Tuan dan puan pilih warna apa? Ah, ini soal selera dan selera tidak untuk diperdebatkan! (dionbata@poskupang.co.id)
Pos Kupang edisi Senin, 23 Maret 2009 halaman 1