Camat Bikomi Pukul Wabup TTU

KEFAMENANU, PK -- Camat Bikomi Selatan, Hendrikus Bana, S.H, diduga memukul Wakil Bupati Timor Tengah Utara (TTU), Raymundus Sau Fernandez, S.Pt, di Desa Maurisu Utara, Kamis (19/3/2009), sekitar pukul 17.30 Wita. Wabup Fernandez juga nyaris dikeroyok warga desa setempat. Namun Camat Bana membantah dan menegaskan bahwa justru dia yang dihajar Wabup Fernandez.

Dua pejabat itu sama-sama sudah melapor kasus itu ke Markas Polres TTU. Wabup Fernandez melapor pada Jumat (20/3/2009), sekitar pukul 00.45 Wita. Beberapa waktu kemudian, Camat Bana pun datang melapor ke polisi. Penyidik Polres TTU kini sedang mendalami laporan kedua pejabat ini. Sampai pukul 19.00 Wita, semalam, penyidik Polres TTU belum menetapkan siapa tersangka dan siapa korban dari kasus itu.

Kapolres TTU, AKBP Adi Wibowo, S.H, yang dihubungi ke ponselnya, semalam, mengatakan polisi sudah menerima laporan dari kedua pejabat itu. "Sampai sekarang penyidik belum menetapkan siapa tersangka dan siapa yang menjadi korban pemukulan. Sebab penyidik masih mendalami kasus ini dengan memeriksa saksi-saksi," kata Wibowo.

Kapolres Wibowo mengatakan bahwa saat mendapat laporan terjadi keributan di Desa Maurisu, ia berangkat bersama anak buahnya ke lokasi kejadian sekitar pukul 19.30 Wita. "Sampai di sana, saya dan anak buah berhasil mengendalikan situasi dan mengamankan barang bukti. Lalu saya bawa saksi-saksi dari pihak Wabup Fernandez dan saksi-saksi dari pihak Camat Bana ke Polres TTU. Kami baru tiba kembali di Markas Polres TTU sekitar pukul 00.00 Wita," jelas Wibowo.

Kemudian, kata Wibowo, dua tim penyidik meminta keterangan sejumlah saksi secara maraton hingga pukul 05.00 Wita pagi. "Tadi siang (kemarin, Red), penyidik menjemput lagi beberapa saksi untuk diambil keterangan. Jadi sampai malam ini (tadi malam, Red), penyidik masih mendalami keterangan para saksi dan belum bisa menetapkan siapa tersangka dan siapa korbannya. Sebab kedua pejabat ini saling melapor telah dianiaya," kata Wibowo. Ditambahkannya, pihaknya sangat hati-hati karena kasus ini lebih banyak bernuansa politis.

Wabup Fernadez yang ditemui di rumah dinasnya, kemarin siang, mengatakan ia telah dipukul di pelipis kirinya oleh Camat Hendrikus Bana. Pelipisnya memar dan membengkak. "Setelah dia pukul saya satu kali, dia langsung melarikan diri dalam kegelapan malam," tuturnya.

Tentang kronologi dan dugaan motif kasus itu, Fernandez mengatakan, pada Rabu (18/3/2009) siang ia bersama pengurus DPC PDIP TTU mengadakan kampanye dalam bentuk pertemuan terbatas dengan 300 tokoh masyarakat di Desa Maurisu. Usai pertemuan itu, sekitar pukul 16.00 Wita, ia bersama rombongan hendak kembali ke Kefamenanu. Namun sampai di ujung Desa Maurisu Utara, dekat Poskamling, tampak sebatang bambu dipasang memalang jalan raya.

"Saya turun tanya ke salah satu anggota hansip yang sedang jaga di situ, kenapa palang jalan? Bukankah jalan hanya boleh dipalang saat malam hari? Ini baru pukul 16.00 Wita sore, kok jalan sudah dipalang pakai bambu? Namun anggota hansip yang bernama Emanuel Lite ini menjawab bahwa komandan hansip yang memerintah," tutur Wabup Fernandez.

Lalu Fernandez meminta warga memanggil komandan hansip, Ignatius Taus. "Ketika menghadap saya, komandan hansip bilang, Camat Bikomi Selatan yang perintahkan. Kalau tidak palang jalan mereka akan dipukul. Camat bilang, tidak boleh ada partai lain masuk ke desa itu, sebab desa itu milik partai usif (Usif: raja), yaitu Partai PKPI. Jika ada partai lain yang masuk, warga tidak akan dapat bantuan dari pemerintah," jelas Wabup Fernandez mengutip keterangan komandan hansip.

Beberapa warga yang ada di poskamling, kata Wabup Fernandez, juga membenarkan keterangan komandan hansip itu. Karena mendengar warga sering diintimidasi Camat Bikomi Selatan, kata Wabup Fernandez, ia meminta agar dua anggota hansip itu mengikutinya ke Kefamenanu untuk melapor langsung ke Panwaslu. "Sebelum berangkat, saya minta agar anggota hansip itu mengambil kain sarungnya dan mengenakan pakaian yang layak. Saya juga pamit kepada warga setempat. Bahkan saya titipkan pesan, jika istrinya Emanuel Lite pulang dari lokasi kampanye, tolong beritahu kalau suaminya bersama Wabup TTU ke Kefamenanu untuk melapor kasus intimidasi ke Panwaslu," jelas Wabup Fernandez.

Wabup membantah isu yang beredar bahwa dirinya "menculik" dua anggota hansip itu. "Ada yang sebar isu bahwa saya ikat tangan kedua anggota hansip itu, sekap dalam kamar dan aniaya mereka. Itu tidak benar. Saya mau memfasilitasi dua anggota hansip itu untuk datang melapor ke Panwaslu karena ada intimidasi," jelas Wabup Fernandez didampingi Ignatius Taus.

Sesampai di Kefamenanu, lanjut Wabup Fernandez, mereka langsung menuju Sekretariat Panwaslu TTU. "Waktu kami tiba di kantor Panwaslu sekitar pukul 22.00 Wita. Waktu itu tidak ada Ketua Panwaslu TTU, cuma ada dua stafnya. Secara lisan dua anggota hansip itu melaporkan kasus intimidasi yang dilakukan camat terhadap warga. Namun kedua staf itu meminta agar besok pagi (Kamis 19/3/2009, Red) saja baru melapor secara resmi dengan membuat kronologi kasus intimidasi itu secara tertulis. Karena permintaan itu, kami pulang ke rumah dinas," jelas Wabup Fernandez.

Karena malam sudah pukul 23.00 Wita, wabup mengajak dua anggota hansip itu menginap saja di rumah dinasnya dan disetujui kedua orang itu. "Mereka makan habis, nonton televisi lalu tidur di rumah saya. Namun besok pagi sebelum berangkat ke kantor Panwaslu TTU untuk melapor, saya dapat informasi kalau Camat Bikomi Selatan didampingi Sekretaris Desa Maurisu dan beberapa warga lainnya sudah melapor ke Polres TTU kalau saya menculik dua anggota hansip di Desa Maurisu Utara. Bahkan saya juga dilaporkan kepada Bupati TTU," papar Wabup Fernandez.

Beberapa anggota Polres TTU, kata Wabup Fernandez, sempat mendatanginya dan menanyakan kebenaran informasi itu. "Saya persilahkan dua anggota polisi itu tanya langsung saja kepada anggota hansip yang sedang nonton televisi di ruang keluarga. Polisi kaget karena kedua orang itu segar bugar sedang duduk santai. Padahal sebelumnya polisi sudah dikasih informasi 'sesat' oleh Camat Bikomi Selatan kalau saya ikat tangan mereka, sekap di dalam kamar dan aniaya mereka semalam suntuk. Ternyata tidak benar," kata Wabup Fernandez.

Meski sempat kesal mendengar laporan Camat Bikomi Selatan, Wabup Fernandez memerintahkan anak buahnya untuk menemani dua anggota hansip itu melapor soal intimidasi kepada Panwaslu TTU. "Usai melapor, sore harinya saya mengantar dua anggota hansip itu kembali ke desanya, ditemani tiga orang anggota tim kampanye saya. Tapi ternyata di sana, Camat Bikomi Selatan sudah mengumpulkan masyarakat dengan maksud tidak baik," jelasnya.

Meski demikian, ia berusaha tenang dan duduk santai sambil makan sirih-pinang yang diberikan tuan rumah. Ketika hari semakin gelap, tutur Wabup Fernandez, salah satu warga bernama Piet Sasi, mengerahkan warga satu kampung datang mengepung Wabup Fernandez dan rombongannya dengan membawa batu dan kayu. 

Warga, kata Wabup Fernandez, makin beringas dan merangsek maju ketika mendengar teriakan camat agar maju. "Piet Sasi mengacung-acungkan sebatang kayu ke arah saya sambil memaki dan mengancam membunuh saya. Saat itu saya tanya kepada camat, kenapa saya disambut dengan itikad tidak baik. Tapi camat langsung mendorong saya lalu meninju pelipis kiri saya satu kali," kata Wabup Fernandez.

Ia mengaku kaget bukan main karena bawahannya bisa memukul dirinya. "Saya memang tidak menyangka akan dipukul. Sebab saya sedang konsentrasi melihat ke arah Piet Sasi yang sedang mengacung-acungkan kayu ke arah kepala saya. Ketika saya bertanya kepada camat, justru dijawab dengan pukulan. Sementara beberapa anak buah saya sedang sibuk menenangkan massa dan tidak memperhatikan saya. Ketika saya berteriak karena dipukul camat, baru mereka kaget. Tapi camat sudah melarikan diri ke dalam kebun jagung," tutur Wabup Fernandez.

Wabup Fernandez meminta agar keluarga besarnya, simpatisan dan pengurus PDIP di Kabupaten TTU agar tetap tenang dan tidak membuat reaksi serta menyerahkan persoalan ini kepada aparat Polres TTU. "Saya minta semua keluarga besar saya, simpatisan, pengurus PDIP di TTU agar jangan memberikan reaksi berlebihan dan tetap tenang. Sebab saya takut ada pihak ketiga yang berusaha memancing di air keruh. Kita serahkan saja persoalan ini kepada polisi untuk diselesaikan secara hukum," pintanya. (ade)

Camat: Justru Saya yang Dipukul

CAMAT Bikomi Selatan, Henfrikus Bana, S.H, yang dihubungi melalui telepon genggamnya, Jumat (20/3/2009) petang, membantah keras, kalau ia yang memukul Wabup Fernandez. 

"Tidak benar! Itu fitnah! Justru saya yang dipukul oleh Wabup Fernandez. Dia tinju saya satu kali di mulut hingga bibir saya pecah. Karena takut dihajar, saya lari untuk menyelamatkan diri," tandas Bana berkali-kali.

Dia mengatakan ada saksi mata yang melihat langsung Wabup Fernandez menganiaya dirinya. 

Ditanya lagi apakah benar dia tidak memukul Wabup Fernandez, Bana mengatakan semua orang melihat sendiri apakah ia yang memukul Wabup Fernandez atau sebaliknya. "Saya ini sarjana hukum dan orang sangat mengerti tentang hukum. Saya sangat waras. Masa saya cuma stafnya, kok tega menganiaya pimpinan saya? Itu tidak masuk di akal. Justru saya yang dipukul," tandasnya.

Ia berjanji besok (hari ini, Red) akan menjelaskan secara rinci kronologi itu kepada para wartawan. "Nanti besok datang ketemu saya untuk saya ceriterakan kronologinya," jelas Bana.

Sebagaimana disaksikan Pos Kupang, Jumat dini hari, sekitar pukul 00.45 Wita, Wabup Fernandez dimintai keterangan oleh polisi di ruang Reskrim II Polres TTU oleh salah seorang penyidik. Wabup Fernandez mengenakan baju tenun ikat warna merah dipadu celana kain warna biru gelap. Hingga pukul 02.30 Wita malam itu, Wabup Fernandez masih terus diperiksa. Sementara Camat Bana, diperiksa di ruang Kaur Binops Reskrim, hingga menjelang pagi, di sebelah timur ruang kerja Kasatreskrim Polres TTU.

Menunggu di lobi, para pengurus DPC PDIP TTU, di antaranya Wakil Ketua DPC PDIP TTU, Magnus Kobesi, S.H, Ketua PAC PDIP Kota Kefa, Carlos Sonbay, S,H, istri Wabup Fernandez dan beberapa pengurus DPC PDIP TTU. Di halaman depan Mapolres TTU, ratusan massa dan simpatisan PDIP duduk bergerombol.

Sebelumnya, pada Kamis siang, Bupati TTU, Drs. Gabriel Manek, M.Si, yang dimintai komentarnya tentang kasus itu, mengatakan tidak mau mencampuri terlalu jauh kasus itu karena terkait dengan masalah politik. 

"Jika sudah dilaporkan kepada polisi, silahkan saja diproses hukum. Tapi sampai saat ini saya belum dilaporkan oleh Wabup TTU tentang duduk persoalan yang sebenarnya," demikian Bupati Manek. (ade)

Pos Kupang edisi Sabtu, 21 Maret 2009 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes