Lebih Jauh Dengan Vincent Gaspersz

LAHIR dari keluarga yang hidup serba terbatas membuat pria ini tidak menerima keadaan begitu saja. Bahkan, kondisi itu memotivasinya untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Setelah meninggalkan NTT, bukan saja keluar dari lingkaran kemiskinan, pria ini juga mampu mencapai keinginannya dalam dunia akademik dan ia menemukan apa yang ia cari, yakni Tuhan. Pria ini adalah Prof.Dr.Vincent Gaspersz, CFPIM.

Dalam perjalanan akademik, ayah tiga anak ini mampu mencapai nilai sempurna (IP 4,00) dalam studi program doktor bidang Teknik dan Manajemen Industri di Institut Teknologi Bandung. Vincent juga ahli analisis sistem dan teknik industri serta secara intensif mendalami manajemen produksi dan inventori. 

Vincent menyelesaikan pendidikan sarjana peternakan pada Universitas Nusa Cendana Kupang pada usia 20 tahun, 9 bulan. Vincent kini menjadi calon anggota DPR RI daerah pemilihan NTT. Ia ingin menjadi pelaku dalam kebijakan publik khususnya untuk NTT. Berikut perbincangan dengan Pos Kupang.

Anda seorang profesor, jarang ada orang NTT menjadi guru besar di luar NTT. Bagaimana Anda bisa mencapai ini?

Saya lahir di Noelmina tahun 1958, di pinggir kali itu, kalau dulu Noelmina dan Takari itu bersamaan, masih gabung dengan Kecamatan Fatuleu, sekarang sudah kecamatan sendiri, Takari-Kabupaten Kupang. Saya di SD GMIT di Takari, hanya waktu sekolah dalam tiga tahun sudah tamat SD, karena guru-guru waktu itu masih diberikan kebebasan, belum ada aturan seperti sekarang yang penuh birokrasi. Jadi saya lulus tahun 1967. Kemudian pindah ke Kupang dan sekolah di SMP Frater. Tahun 1967 itu di Kupang belum banyak kendaraan, saya tinggal di Kuanino. Tahun 1967 aspal jalan hanya sampai di Maubesi-Strat A, ke arah timur jalan berbatu-batu sampai Atambua. Jadi, fasilitasnya minim. Setelah tamat di SMP Frater lalu SMA Frater. Setelah lulus saya masuk Fakultas Peternakan Undana Kupang. 

Saya pilih peternakan karena hanya itu yang ada di NTT. Waktu itu mau bepergian ke Jawa merupakan hal yang luar biasa. Biasanya numpang kapal hewan atau kapal- kapal barang. Pesawat itu hampir tidak mungkin.

Jadi saya punya satu tekad adalah harus sekolah setinggi mungkin supaya saya bisa keluar dari lingkaran kemiskinan. Saya sarjana peternakan, tapi saya sendiri tidak berminat dalam bidang itu. Karean itu, saya ambil statistika terapan. Kemudian saya terobos ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah lulus di ITB, saya ditawari jadi dosen, tapi saya tidak mau. Saya mau jadi praktisi saja, karena kalau jadi dosen nanti kembali ke teori lagi. Saya mau kerja di perusahaan. Kemudian saya kerja di perusahaan, bukan mmenajdi manajer, tapi karyawan biasa walaupun saya seorang dokotor. 

Bagi saya tidak penting, yang penting adalah pengalaman. Dalam perjalanan waktu, saya kerja dengan mental kemiskinan dari NTT. Saya ubah mental itu menjadi mental yang tahan banting. NTT ini orang bilang batu bertanah, kalau di Jawa tanah berbatu. Karena banyaknya batu jadi tanahnya sedikit, jadi batu bertanah. Jadi hidup di Kupang bisa menjadi modal yang kuat untuk hidup di luar NTT. Di luar NTT itu enak, maksudnya hambatannya kecil, seperti sudah pegang gelar doktor tapi masih gelantungan di pintu bis, saya selalu bilang, ini kecil. Masih syukur saya bisa naik bis, kalau di NTT saya jalan kaki. Jadi mental itu yang ditempa terus.

Dalam perjalanan ada teman yang sekarang jadi rektor Universitas Tri Sakti, Prof. Thobi Mutis, mengajak saya bergabung ke Universitas Tri Sakti. Waktu itu dia (Thobi Mutis) mendirikan Pasca Sarjana dan saya diundang. Saya waktu itu bilang, saya bantu Anda untuk menjadi dosen di sini, Anda bantu saya apa? Waktu itu gaji profesor hanya Rp 3,5 juta, kalau di perguruan tinggi negeri lebih rendah lagi. Jadi tidak sampai sepersepuluh dengan gaji di perusahaan. 

Dia bilang, dia akan mengangkat saya sebagai profesor di sini (Universitas Tri Sakti). Oke, kalau begitu saya akan bertanggung jawab dengan bidang studi saya di program studi S2. Karena keharusan dari Diknas begitu, harus ada status sebagai apa. Tidak bisa ini dibilang dosen dari luar dengan administrasi yang tidak jelas. Pangkatnya apa, jadi mau tidak mau diurus jadi profesor. 

Setelah meninggalkan NTT sekian lama, kapan Anda kembali ke NTT? 

Saya keluar dari NTT tahun 1983. Saya bilang kalau saya belum sukses saya tidak akan kembali ke NTT. Jadi saya kembali ke NTT tahun 2000. Waktu itu, wartawan Pos Kupang Trisna Dano, setiap kali saya ke Kupang, dia yang wawancara saya. Jadi banyak buah pemikiran itu dimuat di Pos Kupang melalui Trisna Dano. Dampaknya cukup siginifikan, saya terlibat langsung membuat perencanaan sumber daya manusia NTT. Jadi, saya tahu masalah NTT ini. Informasi tentang NTT saya ambil dari berbagai sumber.

Anda tahu banyak tentang NTT meski Anda tinggal di luar NTT. Bagaimana Anda melihat kemiskinan di NTT?

Saya lihat kemiskinan di NTT ini struktural. Jadi angka-angka boleh berubah, tapi persentasi tidak berubah. Kalau kita mau jujur, sekarang banyak orang yang miskin di NTT menurut versi pemerintah, itu adalah generasi-generasi masih tahun saya, yang lahirnya tahun 1958, 1960 sekarang 40-an. Nah, dia itu yang masuk lingkaran miskin lagi sekarang yang orangtuanya sudah meninggal. Orangtua saya juga sudah meninggal. Kalau ini tidak diubah, maka generasi sekarang pada 20 tahun mendatang akan masuk dalam kelompok kemiskinan. 

Sekarang orang bilang fakta menunjukan orang yang sekolah di NTT, tapi bisa keluar dari NTT tetap problem juga, pengangguran sarjana meningkat. Itu sumber daya yang terbuang percuma, makanya saya ajak daripada menganggur kenapa tidak berani keluar NTT. 

Setiap Anda memberi sambutan sering menyebut Tuhan, apakah Anda punya pengalaman iman pribadi?

Ya, saya dulu orangnya logika, Anda bisa lihat latar belakang pendidikan saya itu statistika, itu bermainnya logik terus. Misalnya, teknik itu kan logika semua, jadi saya tempatkan Tuhan ini nomor sekian. Mau tidak mau saya usaha pribadi dulu. Jadi kesuksesan itu membuat saya menjadi lebih mengagungkan diri saya sendiri. Sampai suatu waktu saya pindah ke Vancover-Kanada, karena saat itu di Indonesia sudah sukses, saya pindah ke Kanada. Nah, di Kanada saya bermasalah. Jadi, mencari Tuhan dalam versi saya. Kalau saya mencari betul-betul sampai dapat. 

Kalau belum dapat saya tidak berhenti. Jadi saya mencari fisik Tuhan itu apa, jadi saya empat bulan nonstop. Sampai akhirnya suatu ketika, muncul semacam suara. Menurut teori kedokteran, orang-orang yang mau hampir gila itu sering dengar suara-suara. Cuma ketika itu saya dianggap irasional yang gila ya itu. Seketika itu saya selalu tolak bahwa ini bukan halusinasi. Jadi setelah itu saya pakai logika lagi, saya selalu menggunakan dengan logika. 

Saya menikah dengan istri saya bernama Christine. Jadi berdoa terus seperti novena dan segala macam itu berlangsung 18 tahun. Sejarah dari menikah sampai di sini itu 18 tahun. Saya mau menguji dan 100 persen saya benar-benar mau melakukan, bukan mau mencoba. Saya bilang, kalau kau (Christine) bisa munculkan Tuhan di depan saya, saya ikut Tuhan itu, siapapun yang muncul saya ikut. Saya mau belajar, entah bagaimana dia berdoa munculah Yesus di dinding. Ketika muncul Yesus, saya langsung mengatakan oke, kalau ini benar-benar dari Tuhan dari Surga yang kata orang adalah ini, maka saya ikut sekarang. Tapi tiga hal yang saya minta, yakni saya bernegosiasi dan saya minta; Pertama, minta dibimbing dan berkomunikasi setiap saat. Kedua, saya minta agar saya menjadi saluran berkat. Ketiga, keinginan daging.

Setelah itu, apa yang Anda lakukan?

Sekarang saya mau sekolah juga percuma, saya sudah punya gelar doktor dua dan profesor sudah. Berarti sekolah yang satu ini belum, dan kesaktian Dia, saya mau belajar. Jadi mujizat istilahnya, namanya omong dengan sesuatu yang tidak kelihatan dan tidak bisa dia jawab begitu. (Sambil bercerita, Prof. Vincent juga meceritakan kelebihan yang dimiliki istrinya). Istri saya itu aneh, setiap kali dia tutup mata dan sembayang, dia lihat macam gambar. Saya orangnya selalu melihat sesuatu dengan pendekatan ilmiah. 

Saya cari di internet, jadi saya temui di internet yang namanya vision. Jadi vision itu beda dengan mimpi. Mimpi adalah orang yang tidak sadar, sedangkan vision itu orang sadar, hasilnya sama. Masuknya dalam mimpi dan vision itu apa yang dilihat cerita saja. Ada bukunya saya sudah baca, bukunya Dream and Vision. Lantas ide itu muncul, kita harus punya visi. Lalu visinya mau menjadi fasilitator Yesus. 

Yesus membutuhkan saya juga lalu bisa berkuasa. Orang tidak bisa mau ketemu Yesus lalu muncul begitu saja. Nanti orang bisa bingung. Lalu saya mau menyatu dengan Dia, mau menjadi fasilitator Dia. Sebelum saya beroperasi seperti MPI ini. Ya saya sudah dibimbing tiga tahun, dan kita sudah uji segala macam. Kemudian sesuai dengan Alkitab, segala sesuati bisa diuji dari buahnya. Jadi, buahnya baik itu baik kalau buahnya jelek makanya hasilnya jelek. Karena buah ini kebaikan orang lain. 

Jadi, versi saya Yesus adalah Tuhan yang saya sembah. Kemdian saya membuat MPI, yaitu Mujizat Penyembuhan Ilahi. Jadi itu menfasilitasi Yesus. 

Anda telah menjalani MPI, apa pengalaman Anda tentang orang yang menerima berkat Yesus?

Dari pengalaman saya selama beberapa tahun itu, ada orang yang mengagungkan Tuhan bukan karena keyakinan dia. Tapi minta dukungan doa untuk sembuh. Jadi sifatya hanya sampai sembuh saja, bukan mau meyakini Tuhan, mau mengikuti Tuhan. Tapi saya minta doa supaya saya sembuh dan selesai dan tidak dilanjutkan. Ada pejabat minta doa agar terpilih. Dan, setelah merasa sudah terpilih dia merasa ya sampai di situ saja, bukan komitmennya dengan Tuhan. Kan kata dia, saya hanya minta terpilih. Akhirnya banyak terjadi, yang saya temukan baru pada taraf hubungan yang kedekatan dengan Tuhan itu hanya sebatas hamba minta dan dikasih dia pergi. 

Saya tingkatkan hubungan saya dengan istilah sahabat, itu diambil dari Yohanes 15:14-17. Sahabat itu, apa yang Yesus ketahui dari Surga dan diberitahu ke kita dan itu tertulis di Alkitab ya sahabat. Jadi, saya tiga tiga tahun itu dianggap orang gila. 

Karena punya track record keberhasilan di pendidikan, jadi mereka bilang saya sudah melebihi tingkat rasionalitas sehingga saya jadi gila, maksudnya karena terlalu pintar sampai jadi gila. Itu istilah orang umum atau orang awam. Ini yang membuat saya selalu kontrol diri saya, caranya selama tiga tahun itu saya menempuh pendidikan untuk ambil sertifikai internasional, saya belajar dan tiap tiga bulan sekali saya dapat sertifikat. 

Jadi selama tiga tahun itu, saya kumpul 10 sertifikat dari Amerika. Jadi saya bantah diri saya, saya tidak gila. Kalau saya gila, maka saya tidak bisa ujian.. ha...ha (sambil ketawa). Jadi sebelum MPI terjadi, saya mendapat banyak ocehan, saya dikatakan tidak logis, tidak rasional. Jadi saya mengatakan pada orang-orang ini, sebenarnya yang lebih rasional itu saya atau Anda. Kalau dari riwayat pendidikan, semua sekolah itu rasional. Saya sekolah statistika segala sesuatu diuji dengan uji statistik. Tekhnik itu kalau ada sesuatu masalah dengan Tuha itu, ada yang dipelototi ya sistemnya . Dari input-nya bagaimana, prosesnya bagaimana dan output-nya bagaimana sehingga keluarlah teori sistem. 

Teori sistem itu bukan dari Tuhan, sistem itu logis. Kemudian disebut dengan pengkajian ilmiah, itu pembuktiannya uji-uji statistik. Kalau alfa lima persen atau satu persen, tingkat keyakinannya 99 persen itu sudah terbukti secara ilmiah. Jadi sebelum MPI ini jalan, tiga tahun dianggap orang gila. Lantas datanglah MPI.

Anda berkomunikasi dengan Tuhan?

Bisanya setiap kali hal-hal yang berat, saya dan istri langsung berkomunikasi dengan Yesus melalui Vision. Jadi, pokoknya dengan kemuliaan Tuhan. Jadi saya ke NTT ini, sudah tanya Yesus sebelumnya. Secara logika nalar, saya mau kampanye bagaimana, fisik saya sudah dibatasi dan KPUD juga membatasi, pasti tidak bisa saya kampanye. Jadi saya mewartakan saja kalau menang itu dari Yesus. Jadi sebelum kejadian, saya wartakan dulu, bukan setelah kejadian baru saya bersaksi. Jadi saya terbalik, jadi saya harus mempertaruhkan iman saya. Jadi caleg Gerindra, pake ayat ini. Yesus mau membuktikan ke saya, jadi saya tidak usah berbuat apa-apa, jadi saya mau melakukan kata-kata yang disebut Taat. 

Taat ini akronim, T pertama itu Tuhan Berfirman, A itu Aku percaya dan melakukan, A aku melakukan yang aku bisa dan T terakhir adalah Tuhan melakukan yang aku tidak bisa. Pertanyaanya, berdoa untuk keluar dari kemiskinan, oke, itu sudah bagus, tapi aku yang melakukan. Tuhan melakukan yang aku tidak bisa.

Tujuannya apa saya mewartakan firman Tuhan, Matius 10:7-8. Pergilah beritakan, kerajaan sorga sudah dekat. Orang tertawakan saya, tapi buktikan kasih Tuhan selalu ada dari dulu sampai sekarang, jadi sembuhkan orang sakit, Matius 10-7-8. Akhirkan orang kusta, usir setan-setan, bangkitkan orang mati. Tiga-tita sudah saya lakukan. Saya lagi tunggu satu, yakni bangkitkan orang mati. Nah, pas bangkitkan orang mati baru semua orang percaya Yesus. Pelaku firman itu melakukan mujizat- mujizat. Jadi saya sekarang melakukan firman, tapi saya bukan khotbah karena saya orang ilmiah, nanti orang tertawa. Makanya saya minta, kumpul orang sakit dan buktikan bagaiman Yesus bisa sembuhkan. Kalau ada yang berani, ada yang mau tawarkan, saya tidak percaya, kamu mau nggak minggu depan kamu meninggal, kalau berani tawaran. Nah itu ada yang berani nantang. Datang ke rumah saya, dan benar dia meninggal. Kalau ada yang mau begitu, bisa kita buktikan. 

Sudah mendekatkan diri dengan Tuhan, kenapa memilih politik?

Sekarang begini, saya punya ide yang bagus. Tapi ide bagus itu saya mau salurkan ke siapa? Banyak menunggu jadi pelaku, mesti jadi pelaku sebab jadi orang bisa tidak bisa jadi pelaku. Kalau saya masuk caleg, jadi urusannya ke kebijakan publik. Kalau saya jadi menteri itu eksekutif. Kalau saya minta uang dari Tuhan untuk memuliahkan nama Tuhan, itu investasi langsung. Jadi, itu banyak strategi. Masalah caleg ini itu kan dulu ada sesuatu antara saya dengan Tuhan selalu dibuktikan, yaitu kalau saya ingin jadi caleg, Tuhan bisa tidak, ini juga mau menguji juga. Tidak mungkin, tinggal dua hari mau tutup pendaftaran. Jadi, diajawab melalui Pak Esthon, telepon. Itu jalan Tuhan membuktikan kekuasaan dia. 

Setelah jadi caleg, apa yang Anda lakukan?

Jadi setelah menjadi caleg, yang sudah saya lakukan pasang iklan beberapa kali di Pos Kupang untuk memperkenalkan diri. Melakukan pengucapan syukur. Sekarang ditanya, apakah Anda punya cita-cita jadi caleg. Saya jawab tidak, cita-cita saya mau membangun NTT dan selesai. Bagaimana membangun NTT agar keluar dari persoalan yang berbelit-belit ini. Yang saya sebut, nasib tergantung tindakan, namun tetap dalam Tuhan. 

Jadi saya omong itu lebih dari pendeta, tapi saya tidak mau disebut pendeta. Saya mau disebut sahabat Yesus saja. Apa yang dia kasih tahu ke saya dan saya kasih tahu ke orang. Walau dia kasih tahu dengan dampaknya itu dianggap gila, saya minta ke Yesus.

Punya pengalaman lainnya?

Sekarang saya mau cerita. Anda kan mau berdoa pada Tuhan, untuk apa? Untuk kemuliaan nama Tuhan. Oke, sekarang Tuhan suruh saya pergi fasilitasi setiap kali bikin MPI, kasih keluar uang, datang ke NTT. Di Atmajaya keluar uang, sekali lakukan mungkin Rp 15 juta kasih keluar uang. Istrinya sampai mengomel, kita buat begini sudah benar atau tidak. Saya selalu berkomunikasi dengan Tuhan dalam konteks tertentu. Tuhan, saya mau menyebuhkan kalau sampai begini supaya istri percaya, itu Tuhan harus berikan bukti. Lalu kita buat kesepakatan. Saya dengan Tuhan itu selalu bikin kesepakatan, oke pas jumlahnya 2.000 baru di kasih bukti. 

Jadi saya catat, statistik jadi pas 2.000. Jadi negosiasi lagi, Tuhan saya sudah melakukan 2.000 gratis. Berapa engkau membayar pada saya. Pas kemudian dia kasih, satu orang Tuhan kasih Rp 1 juta. Jadi saya dapat Rp 2 miliar. Jadi begitu dapat, saya kasih istri saya, ini uang Rp 2 miliar. Satu malam, istri saya tidak tidur (ketawa). 

Bagaimana bisa mendapat uang itu?

Konsep segi tiga, ini saya punya, okelah saya kasih kamu dua miliar. Tuhan saya mau bikin lagi kegiatan ini, dan dua miliar ini saya sisihkan 10 persen untuk melakukan lagi. Jadi saya bilang, saya mau sembuhkan 1.500 dan saya bernegosiasi dengan Tuhan. Sekarang saya tidak butuh duit, saya butuh hanya 10 nyawa saja. Dan saya diberi 10 nyawa itu. Saya sudah pakai satu untuk mertua. Jadi saya masih punya sembilan nyawa untuk Tuhan bangkitkan. 

Cara-cara Rp 2 miliar itu? (bertanya lagi)

Tuhan tidak menjatuhkan uang itu dari langit. Bukan tidak mungkin, karena Tuhan selalu bisa tetapi dia selalu mendahulukan hal-hal yang sudah berlaku alamiah. Saya melakukan kontrak kerja dengan sebuah perusahaan, kontraknya Rp 2 miliar. Saya tidak melakukan apa-apa, tiba-tiba muncul. Kenapa kontrak kedua diperpanjang, karena pada kontrak pertama perusahaan itu menghasilkan uang Rp 30 miliar. Kita sendiri tidak mengerti uang itu dari mana. Itu dari enam bulan pendampingan, ada uang Rp 30 miliar, nah dari situ saya dikasih uang Rp 2 miliar. Dulu rugi terus. 

Sekarang kok bisa ada Rp 30 miliar. Saya bilang namanya manusia itu Taat. Jadi perpanjang lagi kontrak enam bulan. Tapi kontrak ini saya tidak mau, saya serahkan ke Tuhan, saya minta 20 persen dari keuntungan. Jadi dia Rp 100 miliar, saya dapat Rp 20 miliar. Kalau dia untung, Tuhan kasih dia Rp 500 miliar, saya dapat Rp 100 miliar. Pokoknya saya tidak mau tahu, saya ingin dapat dari Tuhan Rp 1 triliun mau bikin Yesus itu dan semua orang dari seluruh dunia datang ke NTT. Jadi misinya hanya itu dan selesai.

Anda lulus program Doktor Manajemen Industri di ITB dengan nilai sempurna 4,00. Apakah Anda sangat mampu atau dosen atau penguji Anda yang Anda lebih mampu?

Saya kira begini, saya kalau mau jujur, harusnya saya sempurna dari awal, termasuk dari Undana saya harus dapat empat. Tapi sistem penilaian orang di sini itu. Saya sendiri dianggap terlalu muda waktu masuk Undana. Karena baru umur 14 tahun sudah masuk. Jadi waktu baru masuk itu, pakai celana pendek. Jadi, disuruh ganti celana panjang. Jadi kata dekan, wah ini terlalu muda, ini tahan satu tahun di tingkat II. Yang ditahan karena masalah nilai pengantar statistik. Makanya saya dendam statistik jadi ambil master statistik. Kemudian diujian akhir, saya ditahan lagi selama satu tahun. Tujuannya agar saya jangan terlalu muda. Jadi orang NTT tidak percaya diri. Saya lulus di NTT itu data base saya di Undana umur kurang dari 21 tahun atau 20 tahun 9 bulan, belum ada yang pecahkan rekor. Kalau dulu tidak ditahan dua tahun itu, mungkin umur saya kurang 19 tahun sudah selesai sarjana. Jadi saya buktinya potensi begitu. Jadi puncak terakhir di doktor.

Apakah Anda melihat semua soal itu mudah, sehingga dengan mudah pula Anda lulus?

Memang agak lucu dan heran kalau, misalnya, ada ujian sulit dan segala macam. Itu tiba-tiba ada yang bisikin jawaban, kau jawab ini tapi bukan bisikan biasa. Ada semacam memutar kepala saya dan langsung tahu. Kemarin ada omongan saya yang saya tidak nangkap, mesti saya lihat ulang itu di TVRI dulu. Ada yang orang tanya kembali, saya tidak mengerti. Saya merasa saya tidak omong itu. (alfred dama)


Data Diri

Nama : Vincent Gaspersz
Lahir : Desa Noelmina, Kecamatan Takari-Kabupaten Kupang 1958
Pendidikan : SD di Takari
SMP dan SMA Frater di Kupang
S1 Fakultas Peternakan Undana (1974-1980)
S2 Statistik Terapan di Institut Pertanian Bogor (IPB) 
S3 Doctor Of Science in Management of Engenering and Technology SCUP, USA
Berkarya dalam bidang pendidikan : Guru besar di Universitas Tri Sakti-Jakarta
Guru besar di Universitas Katolik Widya Mandira-Kupang 
Keluarga : Istri : dr.Christine Megawati Purba
Anak-anak 1. Albert Ganesha Vincristo
2. Aldo Varian Vincristo
3. Aldi Alexander Vincristo

Pos Kupang edisi Minggu, 29 Maret 2009 halaman 3. Rubrik Tamu Kita.-
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes