Thom Therik: Kemunduran Demokrasi


Dr. Thom Therik mengatakan, demokrasi di Rote Ndao mundur jauh dari sebelum daerah itu menjalani otonomi daerah. Karena visi, misi dan program yang disampaikan para kandidat hanya mengulangi apa kata orang dan apa yang sudah dibuat orang. Bahkan pendidikan politik tidak lagi diingat apalagi disampaikan oleh para calon saat berkampanye di hadapan para pendukung dan simpatisan mereka. Materi kampanye sudah lari dan lebih banyak saling menjatuhkan.

"Ada pengikisan budaya yang terjadi saat ini ketika saya membandingkan isi kampanye para calon yang sudah saling menjatuhkan. Dulu, budaya orang Rote ketika duduk berbicara tentang adat, mereka akan berbicara tentang apa saja dan itu terbuka di hadapan orang yang dibicarakan. Bahkan, kalau pemrintah mau bangun jalan di desa itu dan kepala desa mau tolak, dia akan tolak langsung. Tapi, sekarang dengan melihat kondisi yang ada, maka budaya itu sudah luntur. Apalagi, isi kampanye yang dilakukan sudah jauh menyimpang dan cenderung saling menjatuhkan," kata Thom Therik yang diwawancarai sebelum menghadiri debat kandidat yang digelar PIAR NTT, Yayasan Mai Ita Faly dan Kelompok Kerja Jaringan Demokrasi (KKJD) di Ba'a, Selasa (7/10/2008).

Ia juga mencontohkan, ketika calon presiden Amerika Barack Obama berkampanye, dia tidak menghina McCain sebagai lawan politiknya, tapi dia menanggapi McCain dengan data yang akurat.

"Karena itu, kesan saya adalah selama ini pendidikan politik tidak berjalan baik. Pendidikan politik itu mulai dari lembaga legislatif, eksekutif, KPUD, partai politik dan lain-lain. Kalaupun isu kampanye yang dibangun untuk kepentingan kelompok dengan saling menjelek-jelekkan si A begitu sebaliknya si B menjelekkan si A dan menang atau kalau itu soal biasa, tapi pendidikan politik itu penting karena masyarakat hidup terus. Ketika Obama mengkritik McCain ia memiliki data yang akurat dan ini namanya mereka membangun politik dengan mengatakan yang benar," kata Thom Therik yang juga mantan rektor UKAW ini.

Mestinya, kata dia, Christian Nehemia Dillak (bupati Rote Ndao sekarang) dan Bernad E Pelle (wakil bupati sekarang) yang kedua-duanya mau maju harus mengatakan kepada masyarakat apa alasan mereka mau maju dan kenapa mereka memilih wakil mereka seperti sekarang ini.

"Jadi intinya di kampanye itu salah satunya menyampaikan kepada masyarakat kenapa saya mau maju, apakah ini membangun yang belum dibangun. Dan, itu harus disampaikan secara riil karena mereka berdua adalah mantan pemimpin. Begitu juga dengan paket lain seperti Marthen Luther Henukh apa alasan mau jadi bupati dan apa yang mau dibawa untuk perubahan pendidikan. Hal yang sama bagi Alfred Zakarias yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bappeda harus mengatakan perencanaan seperti apa yang terbaik. Jadi bukan hanya ingin menjadi bupati saja. Begitu juga dengan Lens Haning yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata (NTT)," kata Thom Therik.

Karena itu, ia mengusulkan untuk membangun demokrasi di Rote Ndao perlu ada kaukus sehingga dapat membangun demokrasi di Rote Ndao yang lebih beradab di mata masyarakat.
Debat kandidat dengan tema, Mencari Pemimpin yang Pro Rakyat dan Anti Kemiskinan Struktural, itu hanya dihadiri calon Alfred Zakarias dari paket As, sedangkan paket lain masing-masing memiliki jadwal kampanye sehingga tidak bisa hadir.

Dalam kegiatan yang disiasati Piar NTT, KKDJ dan Yayasan Mai Ita Faly, empat orang panelis yakni Dr. Thom Therik, Prof. Mia Noach, Drs. David Pandie, M.Si dan Ir. Sarah Lery Mboeik memilih pemimpin yang rendah hati dan menghargai rakyat serta selalu mendengar keluhan dan jeritan hati rakyat. (iva)

Pos Kupang edisi Rabu, 8 Oktober 2008 halaman 8
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes